SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mengajak Pemkab Karanganyar dan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bersama-sama merumuskan kebijakan untuk memutus distribusi anjing.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, saat ditemui Solopos.com seusai mengikuti kegiatan di Ngambarsari, Karangtengah, Wonogiri, Jumat (12/7/2019), memastikan akan mengatasi masalah tingginya populasi anjing di Wonogiri yang akhirnya justru dimanfaatkan untuk usaha. 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, Pemkab tak bisa menyelesaikannya sendiri. Bupati yang akrab disapa Jekek itu memandang akan percuma apabila Pemkab Wonogiri berupaya mengatasi masalah itu tetapi permintaan dari daerah sasaran distribusi tetap melimpah. 

Sebaliknya, bakal tak efektif pula jika daerah sasaran distribusi, seperti Karanganyar dan Solo, berusaha menyetop distribusi, tetapi di sisi lain daerah pemasok tak berupaya menekan populasi anjing.

“Anjing dijadikan sumber ekonomi karena ada permintaan. Pasti ada orang yang memanfaatkan kondisi ini [populasi anjing di Wonogiri tinggi]. Menyelesaikan masalah ini tidak bisa hanya dilakukan satu pihak. Kami akan undang [Pemkab] Karanganyar dan [Pemkot] Solo untuk duduk bersama merumuskan kebijakan,” kata Bupati.

Dia juga berencana mengundang penjual makanan olahan daging anjing, pengepul, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan bisnis penjualan anjing. Bupati menilai perlu ada pendampingan atau pembinaan terhadap mereka, setidaknya untuk memberi pemahaman mengenai konsekuensi yang harus ditanggung jika menjual anjing atau makanan olahan daging anjing. 

Daging anjing sejatinya bukan untuk dikonsumsi manusia. Mengonsumsi daging anjing berpotensi berdampak buruk pada kesehatan. Pada tataran agama tertentu, mengonsumsi daging anjing bertentangan dengan keyakinan.

“Oleh karena itu ke depan kami akan melibatkan berbagai pihak karena masalah ini tak hanya di tataran bisnis,” imbuh Bupati.

Seperti diketahui, pemilik warung makan olahan daging anjing di Kecamatan Wonogiri, Sunarno, 41, sebelumnya menyebut Wonogiri sudah lama menjadi pemasok anjing kampung ke Solo dan Karanganyar. Kecamatan pemasok terbesar meliputi Karangtengah dan Paranggupito. 

Hal itu lantaran banyak warga, terutama di dua kecamatan tersebut, yang memelihara anjing kampung. Awalnya mereka memelihara anjing untuk mengusir kera liar dan babi hutan yang kerap merusak tanaman pangan di ladang.

Seiring berjalannya waktu anjing berkembang biak sehingga menjadi banyak. Anjing kampung bisa beranak tujuh hingga delapan ekor sekali beranak.  Kondisi itu membuat pemilik kewalahan mengurus. 

Akibatnya, mereka menjual anjing-anjing yang berlebih itu kepada bakul dari Wonogiri maupun dari luar daerah atau pemilik warung makan olahan daging anjing. Sampai akhirnya mereka menyadari ternyata anjing memiliki nilai ekonomi. 

Pemilik bisa mendapatkan uang Rp250.000 dari hasil menjual satu ekor anjing berusia lebih kurang satu tahun. Bakul atau pemilik warung biasanya membeli anjing kampung dalam kondisi hidup berdasar berat badan. 

Mereka mematok harga Rp25.000/kg. Berat badan satu ekor anjing berusia lebih kurang satu tahun sekitar 10 kg.

Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Kelautan (Dislakperna) Wonogiri, Sutardi, menilai banyak anjing yang dijual karena terjadi ledakan populasi. Anjing banyak ditemukan di wilayah yang terdapat hutan. 

Warga memelihara anjing untuk mengusir kera dan babi hutan. Seiring berjalannya waktu saat populasi tinggi, anjing dijual karena ada permintaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya