SOLOPOS.COM - Begini kegiatan Earth Day Network di ISI Solo, Rabu (22/4/2015). (JIBI/Solopos/Dok.)

Wisuda sarjana ISI Solo, lulusan institusi seni diharapkan mampu mengangkat budaya pada budaya Indonesia.

Solopos.com, SOLO–Seni berbasis budaya lokal diyakini akan tetap mampu bersaing secara global. Sehingga lulusan institusi atau perguruan tinggi berbasis seni diharapkan tetap bisa mengangkat budaya yang berakar pada budaya Indonesia tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu ditegaskan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Sri Rochana, ketika ditemui wartawan seusai Upacara Wisuda Sarjana ISI di Pendapa Kampus ISI Surakarta, Senin (15/2/2016).

Menurut Rochana, rasa optimisme itu dilatarbelakangi minat masyarakat dunia saat ini yang sudah mulai menghargai seni.

“Masyarakat dunia justru sudah mulai menghargai seni yang kita miliki karena mengandung nilai-nilai luhur yang menunjukkan karakter atau jati diri bangsa kita,” ungkapnya.

Dia mencontohkan seni gamelan atau seni karawitan yang saat ini sudah menjadi materi seni di berbagai negara di kawasan Eropa maupun Asia.

“Bahkan lulusan kami (ISI Surakarta) juga banyak yang diminta mengajar di negara-negara lain, seperti di Eropa maupun Asia. Tidak hanya di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), tapi juga langsung dari universitas-universitas di negara-negara tersebut,” tambahnya.

Rochana mengakui saat ini tantangan yang dihadapi akan lebih berat. Persaingan tersebut bahkan tidak hanya terjadi antarperguruan tinggi di Indonesia melainkan juga persaingan dengan perguruan tinggi lain dari luar, yang membuka kampusnya di Indonesia. Sehingga pihaknya berharap, lulusan ISI Surakarta terus menempa kompetensi mereka sesuai bidang masing-masing, namun tetap pula berlandaskan pada budaya yang tetap berakar dari budaya indonesia.

“Karena dalam budaya itu telah terkandung nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan,” tegasnya.

Dalam upacara wisuda sarjana tersebut, ISI Surakarta meluluskan sebanyak 105 sarjana, magister, dan doktor dari berbagai program studi (prodi) tahun akademik 2015/2016. Upacara wisuda berlangsung khidmat dengan nuansa budaya Jawa yang kental. Tidak hanya 105 wisudawan, jajaran petinggi ISI Surakarta, mulai dari Rektor, Pembantu Rektor, Sekretaris dan anggota Senat, jajaran Dewan Penyantun, para guru besar, para  empu, dan segenap dosen, berbusana adat Jawa.

Sementara itu, Senin malam, pukul 19.30 WIB di tempat yang sama, digelar Pentas Karya Empu Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta. Tari Bedhaya Tolu karya Agus Tasman Rono Atmojo, menjadi pembuka serangkaian pentas tersebut. Pertunjukkan dilanjutkan dengan ditampilkannya Tari Mahesa Jenar karya Alm. S. Maridi, Tari Bedhaya Welasih karya Agus Tasman Rono Atmojo, S.Kar., dan Tari Fragmen Pandji Sekartaji karya (Alm.) S. Ngaliman.

Selain itu ada pula Konser Karawitan karya Wakidjo Warso Pangrawit, Sujadi Tejo Pangrawit, dan KRT. Radya Adi Negara (Suwita).

Ketiga empu tersebut membawakan gending, yakni Jineman Eman-Eman, dawah Laras Tejo gending ketuk 2 kerep minggah 4 laras pelog pathet nem (garap wolak-walik), kalajengaken Ladrang Karnansih, terus Srepeg Tunggah Jiwa, kaseling palaran Durma laras slendro pathet sanga.

Gending karya ketiga empu disajikan secara berangkai dengan durasi kurang lebih 30 menit. Tak ketinggalan, malam itu menyuguhkan pula pagelaran wayang kulit lakon Bedhah’e Lokapala dengan dalang Ki H. Manteb Soedharsono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya