SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Liburan panjang tengah semester 2010 membawa berkah bagi para pelaku ekonomi di DIY. Para pelaku bisnis mendapat cipratan rezeki akibat ramainya aktivitas wisatawan domestik. Maklum, predikat DIY sebagai daerah tujuan wisata domestik kedua setelah Bali, membawa daya tarik bagi masyarakat.

Banyak lokasi wisata yang kebanjiran wisatawan. Hampir semua lokasi wisata mengalami kenaikan jumlah pengunjung. Tempat penginapan mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang lima, panen, dengan tingkat hunian (occupancy rate) hingga mendekati 100%. Tak hanya itu, wisata kulinerpun menjadi laris. Begitu pula dengan bisnis cenderamata, barang retail, serta bisnis yang berhubungan dengan kebutuhan para wisatawan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Liburan panjang adalah periode panen raya bagi para pelaku bisnis di DIY, utamanya yang berhubungan dengan sektor pariwisata. Namun pertanyaan yang wajar mengemuka adalah apakah momentum ini bisa dipertahankan sepanjang tahun, layaknya yang dialami pelaku bisnis di pulau Bali?

Para pelaku bisnis dan pemerintah daerah sudah menyadari hal ini. Tumbuh suburnya desa-desa wisata adalah bentuk kreativitas yang mulai tercipta. Wisata kreatif harus ditumbuhkan. Itulah tema pokoknya. Setidaknya kini sudah ada 45 desa wisata yang siap untuk dijual ke wisatawan. Desa wisata Kasongan, Tembi, Turi serta puluhan desa wisata lainnya merupakan beberapa contoh.

Nuansa yang ditawarkan jelas sangat berbeda dengan tempat wisata lainnya. Di desa wisata ini, para wisatawan seolah ikut larut dalam kehidupan masyarakat setempat. Paket wisata semacam ini sebenarnya bisa dijual ke sekolah-sekolah di seluruh tanah air, sehingga para siswa bisa belajar banyak tentang potensi yang ada di DIY. Kalau ini bisa dilakukan, niscaya keramaian kunjungan wisata tidak hanya terjadi pada masa liburan sekolah atau liburan akhir tahun, namun bisa terjadi sepanjang masa.

Kreativitas semacam inilah yang perlu dikembangkan para pelaku dunia usaha. Masih banyak ide dan wacana yang bisa dikembangkan sehubungan dengan pengembangan sektor kepariwisataan, yang nyata-nyata sangat besar kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

Paket wisata wisuda sarjana misalnya, juga bisa dikembangkan untuk turut menyemarakkan wisata DIY. Pada saat upacara wisuda misalnya, masing-masing universitas bisa bekerja sama dengan travel agen, hotel, restoran, pusat oleh-oleh atau pelaku wisata lainnya untuk bisa ikut mendukung acara wisuda. Maklum, pada setiap kali ada event wisuda sarjana, pasti melibatkan banyak kunjungan keluarga dari para wisudawan.

Tentunya, wisata kreatif lainnya bisa diciptakan lagi, seiring dengan perkembangan yang ada. Misalnya, paket pelatihan perusahaan, yang dikemas dengan paket wisata (sarana refreshing). Bisa dibayangkan, berapa jumlah perusahaan di Indonesia yang bisa diundang ke DIY. Intinya adalah, bisnis pariwisata di DIY hendaknya bisa terus bergulir sepanjang tahun tanpa jeda.

Bisa dibayangkan, bagaimana hotel-hotel akan dijejali dengan para wisatawan, dengan beragam kepentingan, yang semuanya ada hubungannya dengan wisata DIY? Tentunya, untuk mewujudkan impian itu perlu kerja keras dan cerdas. Masalah ini harus mendapatkan penajaman prioritas. Potensi DIY yang sangat hebat ini, harus dijembatani dan difasilitasi dengan kerja kreatif dan inovatif. Masyarakat DIY hendaknya tidak puas dengan kondisi pariwisata yang ada sekarang ini. Pencapaian kinerja wisata yang sudah bagus, perlu lebih ditingkatkan lagi. Puluhan pantai, hingga pesona Merapi yang tidak pernah membosankan, jelas memerlukan sentuhan yang lebih kreatif lagi. Itu semua untuk mewujudkan wisata DIY sebagai daerah tujuan wisata nomor satu di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya