SOLOPOS.COM - Gapura menuju makam Sunan Pandanarang (JIBI/Harian Jogja/Garth Antaqona)

Gapura menuju makam Sunan Pandanaran (JIBI/Harian Jogja/Garth Antaqona)

Tempat wisata di sekitar Klaten tak hanya untuk rekreasi saja. Ada juga wisata ziarah yaitu Makam Sunan Pandanaran. Kompleks makam bergapura dengan arsitektur ciri khas zaman Kerajaan Majapahit.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Makam Sunan Pandanaran terletak di Kelurahan Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, tepatnya 15 kilometer sebelah tenggara dari pusat Kota Klaten. Makam ini juga memiliki banyak sebutan antara lain Makam Sunan Pandan Arang, Sunan Bayat atau Sunan Tembayat karena posisinya yang terletak di daerah Bayat.

Menuju ke lokasi tak sulit karena jalan sudah mulus dan dapat dijangkau dengan ragam kendaraan. Bahkan tak jarang terlihat truk yang parkir di lokasi untuk mengantarkan para peziarah.

Pintu masuk adalah gapura yang bernama Gapura Sagara Muncar. Tertera dibangun sejak Tahun 1448 Saka. Selain Gapura Sagara Muncar, ada lima gapura lain yaitu Gapura Dhudha, Gapura Pangrantuan, Gapura Panemut, Gapura Pamuncar, dan Gapura Bale Kencur.

Seluruh Gapura ini jika diuurutkan dari awal menunjukkan tingkatan terendah menuju tingkatan atas yang berada semakin dekat dengan makam. Setiap gapura memiliki tanda waktu pembuatannya.

Makam terletak di perbukitan gunung Jabalkat, Paseban, Bayat, Klaten. Posisi makam berada pada ketinggian membuat suasana sangat hikmat dan tenang. Bahkan, pada malam hari banyak pengunjung yang melakukan ziarah dan melakukan tirakatan di lingkungan makam. Agar dapat masuk, Anda harus membayar retribusi seharga Rp2.000 per orang.

Ada sekitar 250 anak tangga yang harus dilalui menuju makam Sunan Pandanaran. Di kanan dan kiri anak tangga terdapat penjual yang menjajakan berbagai dagangan tradisional di antaranya batik dan gerabah.

“Semasa hidupnya, Ki Ageng Arang banyak memiliki pengikut. Ini terlihat dari banyaknya makam para sahabat serta kerabat dekat, dan pengikutnya yang turut dimakamkan di lingkungan makam,” jelas Widodo, 41, koordinator juru kunci makam di Pendopo Makam pekan lalu.

Begitu sampai di pelantaran, Anda pun diperkenankan untuk masuk di halaman makam tanpa menggunakan alas kaki. Di pintu masuk utama ini terdapat sebuah masjid tua, lengkap dengan bedug yang juga sudah berusia ratusan tahun.

Tidak jauh dari masjid, terdapat sebuah pendopo yang dihuni oleh juru kunci. Di tempat ini biasanya pengunjung meminja izin kepada juru kunci untuk masuk dan mengutarakan niatannya datang ketempat ini.

Setelah mendapatkan izin, perjalanan pun dapat dilanjutkan dengan menelusuri jalan yang di sekitarnya terdapat ratusan makam yang merupakan pengikut dari Sunan Panandaran dan para kerabat.

Perjalanan akan Anda menelusuri makam akan tertuju pada Cungkup Makam Sunan Pandanaran, tempat tertinggi di bagian makam, yang menyemayamkan Sunan Pandanaran dalam bangunan yang tertutup rapat bangunan kayu dan dikelilingi kain putih, beserta istri dan keluarga dan pengikut terdekatnya.

Di tempat ini ada juga dua gentong tua yang diyakini peninggalan Sunan Pandanaran ketika ia masih hidup. Kondisi seluruh bangunan masih terjaga.

Sunan
Sunan Pandanaran yang dulu di kenal sebagai Ki Ageng Pandan Arang semasa hidupnya sangat terkait dengan sejarah kota Semarang dan penyebaran agama Islam di Jawa.

Setidaknya banyak versi yang mengisahkan perjalanan Ki Ageng Pandan Arang dari Semarang menuju Tembayat, yang sekarang bernama Bayat. Semasa hidupnya, ia pernah menjabat sebagai Bupati Semarang yang kedua mengantikan Pangeran Mangkubumi, ayah dari Ki Ageng Pandan Arang. Ia pun dapat patuh dengan ajaran-ajaran Islam dan menjalankan pemerintahan dengan baik. Lika – liku perjalanan akhirnya membawanya sampai dan menetap di Tembayat, yang sekarang bernama Bayat, dan menyiarkan Islam dari sana kepada para pertapa dan pendeta di sekitarnya.

Karena kesaktiannya ia mampu meyakinkan mereka untuk memeluk agama Islam. Oleh karena itu ia disebut sebagai Sunan Tembayat, Sunan Bayat, dan Sunan Pandanaran.

Selama di Bayat, meskipun sudah dikenal sebagai tokoh agama yang disegani, Ki Ageng Pandanaran terus mendalami ajaran agama Islam di bawah bimbingan Sunan Kalijaga.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya