SOLOPOS.COM - Koleksi batu karst dari seluruh dunia dan pengetahuan di baliknya di Museum Karst Pracimantoro, Wonogiri, Minggu (17 7/2016). (Mariyana Ricky P.D./JIBI/Solopos)

Wisata Wonogiri memiliki kawasan geopark yang bisa menjadi wisata edukasi.

Solopos.com, WONOGIRI – Gunung Sewu adalah salah satu kawasan geopark di Indonesia yang membentang di tiga kabupaten di tiga provinsi. Tiga kabupaten itu yakni Gunung Kidul, Jogjakarta, Wonogiri, Jawa Tengah, dan Pacitan, Jawa Timur. Dengan total luasan mencapai 800 km2, taman bumi ini mempunyai bentang alam yang memukau.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

Kawasan karst Gunung Sewu terkenal khas dan unik. Secara geologi, wilayah tersebut terbentuk dari batugamping berumur Neogen (Miosen Tengah) dengan ketebalan mencapai lebih dari 200 meter. Mayoritas bukit kars Gunung Sewu berbentuk kerucut atau tempurung kelapa terbalik.

Hal itu berbeda dengan geopark di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang berbentuk tower atau di wilayah Kecamatan Gombong, Kebumen, Jawa Tengah yang berbentuk gundukan. Karena ciri khas morfologinya, Gunung Sewu terpilih sebagai salah satu taman bumi yang mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari Global Geopark Network sejak 20 September 2015.

Tepat di tengah kawasan taman bumi itu, Pemerintah membangun Museum Karst yang memiliki koleksi gambaran berbagai macam batu karst di dunia. Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, museum tersebut berjarak 40 km dari Wonogiri kota. Deretan koleksi di dalamnya disebut sebagai yang paling lengkap di Asia Tenggara.

Tak hanya memajang informasi tentang batuan karst dan sejarah goa, museum ini juga memiliki pengetahuan geologi pendidikan, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. Saya berkesempatan mengunjungi tempat ini pada Minggu (17/4/2016) lalu. Secara umum, Museum Karst Pracimantoro terbagi menjadi tiga lantai.

Lantai pertama memampang koleksi karst untuk kehidupan, lantai ke-2 berupa kars untuk pengetahuan, dan lantai tiga untuk auditorium.

Salah satu guide museum, Agung Kurniawan, menjelaskan di lantai pertama, akan banyak pajangan berupa pemanfaatan pegunungan karst. Misalnya, penambangan dan kerajinan batu gamping, konservasi pengelolaan kawasan karst, hingga pengembangan kawasan karst untuk wisata.

“Ada pula diorama pemanfaatan goa karst di zaman manusia purba. Mereka memanfaatkannya sebagai tempat tinggal. Sehingga di beberapa tempat seperti di Goa Pawon, peneliti menemukan manusia pawon purba yang telah membeku,” paparnya. Di lantai ini juga terdapat replika goa yang menjadi lokasi favorit pengunjung untuk berfoto.

Sedangkan di lantai kedua, pengunjung bakal menyaksikan diorama proses pembentukan batu karst. Termasuk proses terciptanya goa serta stalagtit dan stalagmit di dalamnya. Di lantai ini terdapat diorama bebatuan gamping dan fosil dari Gunung Sewu dan pegunungan karst lain di Indonesia. Pajangan lain berupa gambaran kontur geopark di berbagai penjuru dunia.

“14 juta tahun lalu, wilayah geopark Gunung Seribu merupakan lautan dangkal. Sehingga banyak ditemukan kepulauan terumbu karang atau koral yang telah membatu. Pendangkalan membuat lautan tersebut berubah menjadi pegunungan karst seperti yang ada di masa sekarang,” kata dia.

Di lantai pertama ini pengunjung dapat menggali info sebanyak-banyaknya tentang karst. Setelah menerima pengetahuan, mereka lantas bisa terjun ke area sekitar museum untuk menyaksikan keanekaragaman geologi (geo-diversity), keanekaragaman hayati (bio-diversity) dan keanekaragaman budaya (cultural diversity) di wilayah geopark.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya