SOLOPOS.COM - Wisatwan menikmati keindahan salah satu telaga warna di bekas galian tambang tembaga di puncak Bukit Puthuk Krebet, Desa Panggung Uni, Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (14/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

Wisata Tulungagung sempat diperkaya telaga warna, namun apa lacur objek wisata baru itu berbahaya.

Solopos.com, TULUNGAGUNG — Ceruk-ceruk bekas galian tambang tembaga di Bukit Puthuk Krebet, Desa Panggung Uni, Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung, Jawa Timur menawarkan pesona bagi para wisatawan. Setelah terisi air, ceruk-ceruk itu berubah menjadi telaga warna nan indah sehingga menarik perhatian wisatawan sebagai objek wisata baru Tulungagung.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Empat telaga dengan warna berbeda, yakni biru, hijau dan hitam itu, terbentuk akibat perbedaan warna pada struktur batuan di dasar galian sehingga menimbulkan efek berbeda saat bekas areal tambang ini terisi air hujan yang mengalir dari puncak bukit.  Namun, siapa sangka ada bahaya yang mengintai di balik objek wisata baru Tulungagung itu.

Ahli geologi Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral (PU-ESDM) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memperingatkan wisatawan yang berkunjung ke telaga warna Desa Panggunguni, Kecamatan Pucanglaban itu untuk tidak berenang apalagi mengonsumsi air telaga tersebut. Air telaga warna yang merupakan objek wisata baru Tulungagung itu ia duga mengandung arsenik.

“Lokasi bekas tambang di kawasan tersebut tak hanya mengandung tembaga, tetapi juga hasil tambang lain seperti emas, timbale, serta arsenik,” terang Tenaga Ahli Geologi Dinas Pekerjaan Umum Energi Sumber Daya Mineral (PUESDM) Tulungagung, Sofyan Hadi di Tulungagung, (Minggu (17/5/2015).

Bahan Pestisida
Zat kimia yang disebut terakhir itu, dalam ilmu kimia dikenal sebagai bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik, yakni kuning, hitam, dan abu-abu. Sofyan Hadi mengakui, arsenik yang arsenik memiliki lambang As dengan nomor atom 33 itu biasanya digunakan pula sebagai pestisida, herbisida, dan insektisida.

Oleh karena mengandung zat kimia berbahaya itulah, PU ESDM mengimbau agar masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke telaga warna agar berhati-hati. “Arsenik ini beracun. Makanya, penambang sering kena penyakit seperti gatal. Jika sampai air telaga ini mengenai kulit, biasanya dampak klinis yang dirasakan adalah gatal-gatal atau bahkan lecet,” urainya.

Berdasar data Dinas PU-ESDM, lokasi tambang di Bukit Puthuk Krebet, Desa Panggunguni, Kecamatan Pucanglaban itu merupakan lahan perorengan yang dikelola bekerjasama dengan swasta (CV). Ia mengungkapkan, izin tambang sejauh ini masih aktif namun kegiatan penambangan tembaga ataupun emas sementara berhenti sejak medio 2013 karena perubahan regulasi bahan pertambangan yang dibuat pemerintah.

Masalahnya, sejak areal pertambangan ini ditinggal oleh investor, empat titik galian yang memiliki luasan dan kedalaman berbeda-beda itu berubah menjadi telaga dengan warna berbeda-beda sehingga menarik perhatian warga dari berbagai daerah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya