SOLOPOS.COM - Ilustrasi ritual nyadran arwah di areal permakaman kawasan lereng Gunung Sumbing. (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Wisata Temanggung bisa memanfaatkan nyadran arwah sebagai daya tarik.

Kanalsemarang.com, TEMANGGUNG — Siapa sangka tradisi nyadran arwah di areal permakaman kawasan lereng Gunung Sumbing, wilayah Dusun Geblog, Desa Tlogowungu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang merupakan ritual tahunan memiliki daya tarik wisata. Dua wisatawan mancanegara, Oliver, 24, asal Prancis dan Riana, 25, dari Spanyol, Jumat (12/6/2015), mengikuti ritual untuk mengirim doa kepada arwah leluhur sekaligus sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas limpahan kesejahteraan dan kemakmuran selama setahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Oliver mengatakan sengaja datang ke Temanggung untuk melihat secara langsung ritual nyadran yang selama ini hanya diketahuinya lewat media massa. “Kami sengaja datang ke Temanggung untuk menyaksikan ritual nyadran karena tidak ada di negara kami, setelah ini kami melanjutkan perjalanan ke Dieng,” ucapnya.

Kedua wisatawan tersebut tampak menikmati suasana desa, dan mereka membaur dengan warga dan ikut mencicipi makanan yang disajikan. Ritual nyadran yang yang berlangsung di kompleks makam Kiai Grumuh Dusun Geblog, Desa Tlogowungu Kecamatan Kaloran tersebut diawali warga berdatangan ke kompleks makam dengan membawa nasi tumpeng dan jajanan pasar.

Keberangkatan warga diiringi dengan kesenian tradisional. Arak-arakan mulai dari depan rumah kadus setempat yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Terus Dilestarikan
Sekdes Desa Geblok Ajaeni mengatakan tradisi untuk memanjatkan puji syukur pada Tuhan atas segala nikmat yang diberikan dan memohon agar pada tahun mendatang dapat limpahan rezeki yang lebih banyak. “Tradisi ini sekaligus mengingat keteladanan leluhur, teladan yang baik dan terus kami lestarikan,” ujarnya.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Didik Nuryanto mengatakan tradisi sadran atau nyadran tidak hanya sebagai kegiatan budaya, namun juga menggali nilai-nilai kearifan nenek moyang sekaligus kegiatan pariwisata. “Hari ini dua turis datang untuk mengikutinya, hal ini sebuah hal bagus bahwa sadranan layak jual sebagai even pariwisata,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya