SOLOPOS.COM - Suasana pagi di Waduk Gebyar, Minggu (19 Juni 2016) (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Wisata Sragen Waduk Gebyar ternyata memiliki keindahan alam yang cukup menawan.

Solopos.com, SRAGEN — Siapa bilang Bumi Sukowati enggak punya lansekap apik? Buktinya pesona wisata kali ini bakal menyajikan keindahan Waduk Gebyar yang terletak di Desa Jambean, Kecamatan Sambirejo. Waduk Gebyar alias Segebyar atau kerap disebut sebagai Waduk Brayut berlatar belakang kegagahan Gunung Lawu. Berada di tengah-tengah bukit membuat waduk ini cocok dijadikan lokasi berburu gambar para pencinta fotografi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah pemuda mengambil foto dengan latar belakang pemandangan Waduk Gebyar dan Gunung Lawu. Foto diambil belum lama ini. (Mariyana Ricky P.D./JIBI/Solopos)

Sejumlah pemuda mengambil foto dengan latar belakang pemandangan Waduk Gebyar dan Gunung Lawu. Foto diambil belum lama ini. (Mariyana Ricky P.D./JIBI/Solopos)

Saat cuaca cerah, birunya Gunung Lawu yang terletak di tenggara waduk bakal memantul jelas di permukaan air. Siapapun yang berkunjung ke tempat ini serasa diajak untuk rileks sejenak menikmati ketenangan yang ditawarkan. Kesejukan suasana makin terasa tatkala duduk di pinggir sembari menengok para pemburu ikan di tepi waduk.

Pada musim penghujan, volume air waduk begitu melimpah. Tampungan air tersebut nantinya digunakan untuk mengaliri sawah milik petani desa setempat. Menurut informasi, Waduk Gebyar dapat menampung air hingga 701.295 meter kubik. Sayangnya saat ini endapan lumpur membuat jumlah tampungan air itu jauh berkurang.

Minggu (19/6/2016) pagi, solopos.com berkesempatan mengunjungi waduk yang memiliki luas 10 hektare ini. Berbagai ulasan di media sosial membuat saya tertarik untuk berkunjung langsung menikmati pemandangannya. Berbekal Google Maps, selepas sahur saya memacu kendaraan ke arah Sambirejo, Sragen. Di map daring tersebut, Waduk Gebyar tertulis sebagai Segebyar, dengan koordinat 7°30’16″S 111°7’42″E.

Rute tepatnya dari Alun-alun Sragen berbelok selatan ke Jl.Veteran kemudian belok ke timur ke Jl.RA Kartini hingga sampai di Jl.Sambirejo-Sragen. Tetap di Jl.Sambirejo-Sragen sejauh 6 km sampai menjumpai Waduk Blimbing di sebelah kiri. Tepat di samping waduk terdapat

Jl.Sambirejo-Jambean. Jalan itulah yang terus saya ikuti hingga menjumpai Waduk Gebyar.

Suasana pagi di Waduk Gebyar, Minggu (19 Juni 2016) (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Suasana pagi di Waduk Gebyar, Minggu (19 Juni 2016) (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Butuh waktu sekitar 30 menit dari Kota Sragen untuk tiba di waduk itu. Kendati medannya datar, jalan tersebut rusak parah dan berlubang sehingga perlu berhati-hati agar tidak terjatuh.

Tepat sebelum matahari terbit akhirnya saya tiba di Waduk Gebyar. Jauh dari bayangan saya, waduk ini telah ramai sejak pagi. Sejumlah pria paruh baya telah bersiap melempar joran di tepi waduk.

Belasan anak muda tampak berlari-lari kecil di talut sepanjang waduk. Sayangnya, mendung pagi itu menggagalkan rencana untuk berburu sunrise. Bulatnya matahari terlihat sendu ditelan gelapnya awan.

Saya mendapat informasi untuk menikmati keindahan Waduk Bayut dari ketinggian. Caranya dengan mendaki bukit yang terletak tepat di sebelah timur laut waduk. Sedikit nekat karena sedang berpuasa, saya akhirnya mendaki bukit yang tampak tidak terlalu tinggi itu. Medan pendakian berupa ladang singkong dan kacang milik penduduk. Dengan kemiringan hingga 60 derajat, saya harus ekstra hati-hati agar bisa terus mendaki tanpa merusak ladang warga. 10 menit kemudian saya sudah tiba di atas bukit. Benar saja.

Pemandangan Waduk Gebyar tampak lebih apik dari sudut pandang ini. Saya juga cukup terpesona dengan keindahan lansekap dari bukit-bukit sekitar waduk. Ladang jagung, sungai, tebing kapur dan Gunung Lawu tampak jelas dari view ini.

Di bukit ini saya juga bertemu empat orang pemuda dari Kecataman Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Mereka rupanya telah menjadi pengunjung reguler di tempat tersebut.

“Saya kali pertama naik ke bukit ini, padahal hampir tiap hari ke sini. Tertarik karena melihat anak-anak desa sini yang naik duluan. Ternyata pemandangannya cukup bagus,” kata Roy Setiawan, 24, salah satu pemuda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya