SOLOPOS.COM - Suratno, 60, (kiri) pedagang topi laken sedang melayani pembeli di Pasar Bekonang, Sukoharjo, beberapa waktu lalu. Topi laken import dari Australia tersebut dijual dengan harga Rp35.000- Rp 125.000/buah. (JIBI/SOLOPOS/Sunbaryo Haryo B)

Suratno, 60, (kiri) pedagang topi laken sedang melayani pembeli di Pasar Bekonang, Sukoharjo, beberapa waktu lalu. Topi laken import dari Australia tersebut dijual dengan harga Rp35.000- Rp 125.000/buah. (JIBI/SOLOPOS/Sunbaryo Haryo B)


Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Mahasiswa yang satu ini memiliki prestasi bergengsi di tingkat nasional di bidang fotografi. Meskipun program studi (prodi) yang diambilnya televisi dan film, tapi kemampuan jepret kamera sudah tak diragukan. Siapa lagi kalau bukan Iswara Bagus Novianto, mahasiswa semester IV Prodi Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Hobinya di dunia fotografi ditekuni laki-laki kelahiran Solo sejak Kelas X SMA. Selama tiga tahun mengenyam pendidikan di SMAN 3 Sukoharjo, Iswara sudah memiliki kamera single lens reflex (SLR) manual. Pemuda kelahiran 22 November 1991 ini lebih suka foto-foto yang memiliki nilai human interest.

Ia sering berburu foto di sekitar Solo, terutama di pasar tradisional. Hati Iswara terketuk ketika melihat aktivtas transaksi jual beli di pasar tradisional. Pasar Bekonang menjadi lokasi favorit untuk ajang hunting foto.

Pria asal Gendengan RT 002/RW 004, Wirun, Mojolaban, Sukoharjo ini sering hunting foto bersama teman satu kampung di Pasar Bekonang, terutama saat hari pasaran Kliwon. Ia paling senang bila memotret warga yang tengah sabung ayam dan para pedagang barang bekas di pasar itu.

Ia pernah membikin foto esay yang bercerita tentang Pasar Bekonang pada 2011 lalu. Foto-foto itu pun dikirimkan untuk mengikuti lomba yang digelar PT Pos Indonesia. “Ya, sayang tidak menang lomba. Tapi enggak apa lah, namanya juga mencari pengalaman,” ujarnya saat dijumpai Solopos.com, Rabu (6/3/2013).

Setelah lulus SMA, anak tunggal pasangan Bambang Sumantri-Widyaningsih ini ingin melanjutkan ke Prodi Fotografi di ISI Solo. Namun, ISI belum memiliki prodi itu saat Iswara masuk 2003 lalu. Akhirnya, ia pun memilih Prodi Televisi dan Film yang berkaitan dengan fotografi.

Selama kuliah, kameranya sudah ganti. Ia tak lagi menggunakan kamera SLR manual, tetapi beralih ke kamera SLR digital, yakni Nikon 40D.

“Kamera ini seperti pacar saya, kemana-mana tak pernah berpisah. Selama jadi mahasiswa, hunting foto hampir setiap hari dilakukan. Objek favorit masih pasar dan sejumlah acara besar di Solo, seperti Gerebeg Sudiro, Karnaval Wayang Solo dan seterusnya. Terakhir saya sempat ke Kediri, Jawa Timur dengan empat orang teman untuk hunting foto. Hal itu sebagai persiapan lomba fotografi di Kediri, April mendatang,” tambahnya.

Sejumlah lomba fotografi sering diikuti pecinta kucing ini. Dari sekian banyak lomba, ia merasa paling berkesan ketika mengikuti Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Persimda) tingkat Jawa Tengah (Jateng) di Semarang, 2012 lalu. Dengan karya bertema human interest berupa aktivitas tukang pijat yang buka siang hari di Kota Lama Semarang. Jepretan kamera itu mampu mengantarkan Iswara menjadi Juara I Persimda Jateng.

Dengan prestasinya itu, Iswara menjadi duta Jateng untuk mengikuti Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Persimnas) di Lombok pada tahun yang sama. Dalam kompetisi fotografi yang diikuti perwakilan dari 33 provinsi itu, Iswara mampu meraih Juara II lewat karyanya berupa foto anak-anak bermain alat musik tradisional Lombok, yakni Kendang Beleq.

Enggak cuma itu, ia juga pernah mengikuti pameran fotografi tingkat ASEAN di Padang, November 2012, yakni ASEAN-Melayu Art Festival. Festival itu diikuti oleh perwakilan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. “Dalam pameran itu, karyanya pun terjual. Foto anak-anak bermain kendang beleq di Lombok ditawar orang senilai Rp5 juta dan foto tukang pijat di Kota Lama Semarang dibeli orang Rp2,5 juta.

Selain pameran itu, ia juga pernah mengikuti pameran yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Lombok tahun lalu dan tujuh pameran lokal, yakni lima kali di ISI Solo dan dua kali pameran foto jalanan di car free day (CFD) Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya