SOLOPOS.COM - Wisatawan berbelanja batik (JIBI/Solopos/Dok.)

Wisata Soloraya pengembangan SSB dilakukan dengan kajian terhadap 19 objek wisata.

Solopos.com, SOLO—Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengembangkan koridor kawasan strategis provinsi (KSP) Solo-Selo-Borobudur (SSB) pada 2015. Berdasarkan kajian Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jateng terhadap 19 objek wisata di kawasan SSB, objek Kampoeng Batik Laweyan Solo menjadi kawasan paling strategis mengalahkan Borobudur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hasil kajian itu ditunjukkan Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Solo, Alpha Febela Priyatmono, kepada solopos.com saat berkunjung ke rumahnya, Selasa (21/7/2015). Dokumen tersebut didapat Alpha saat mengikuti sosialisasi pengembangan kawasan SSB yang diikuti lebih dari 25 stakeholders di Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Boyolali, akhir Juni lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Alpha mengaku kaget ketika melihat skor Kampoeng Batik Laweyan sebesar 42,235 mengalahkan kawasan Candi Borobudur yang hanya 41,56. Sebanyak 17 objek wisata lainnya di Solo, Boyolali, Karanganyar, dan Magelang berada di bawah dua objek tersebut.

Skor untuk Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sama persis dengan objek Candi Mendut dan Candi Pawon, yakni 40,38. Skor tersebut merupakan akumulatif bobot kriteria, yakni skala pelayanan, pengelolaan, kelengkapan sarana dan prasarana serta pengaruh ekonomi, sosial, dan budaya.

“Saya tidak habis pikir darimana skor tersebut berasal. Ternyata tim dari provinsi bisa menjelaskan secara detail dengan kriteria tersebut. Kawasan Kampoeng Batik Laweyan ini memang objek wisata khusus yang cenderung pada wisata edukasi. Hampir setiap hari ada wisatawan asing datang hanya sekadar melihat-lihat dan belajar membatik,” kata Alpha.

Kendati menjadi kawasan paling strategis di SSB, Alpha menyayangkan kurangnya perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) dalam penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata seperti, papan penunjuk arah, akses transportasi, dan terbatasnya fasilitas parkir di Kampoeng Batik Laweyan. Dia pernah berinisiatif membuat papan penunjuk arah di wilayah Bandara Adi Sumarmo, stasiun dan terminal ternyata dibebani pajak yang relatif besar.

“Mestinya fasilitas seperti itu menjadi beban Pemkot dan menjadi bagian dalam pengembangan pariwisata. Seperti jalur BST [Batik Solo Trans] juga tidak lewat di depan Kampoeng Batik Laweyan. Kawasan ini potensinya besar tetapi minim infrastruktur. Kami berharap adanya kajian pemerintah provinsi bisa mengetuk hati Pemkot,” tambah dia.

Alpha mengatakan momentum Lebaran tak berpengaruh pada tingkat kunjungan wisatawan di Kampoeng Batik Laweyan. Peningkatan kunjungan wisatawan di kampung itu, kata dia, justru terjadi pada hari-hari efektif atau ketika liburan sekolah.
Pengembangan kawasan SSB itu juga mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) No. 2/2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Sekretaris Komisi II DPRD Solo, Supriyanto, mengaku Perda itu tak pernah menyinggung rencana tata ruang yang sinergi dengan SSB. Dia juga belum pernah mendengar adanya paparan atau rencana kebijakan dari Bappeda maupun Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) terkait dengan konsep pengembangan SSB yang diinisiasi Pemerintah Provinsi Jateng itu.

Terpisah, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPRD Solo, Sugeng Riyanto, juga terkejut mendengar hasil kajian provinsi itu. Sugeng belum pernah mendengar adanya pengambangan kawasan SSB. Kendati demikian, Sugeng menyambut baik hasil kajian provinsi itu. Dia justru mendesak kepada Pemkot agar menyikapi potensi pariwisata di Solo dengan kebijakan-kebijakan strategis.

“Jangan-jangan Pemkot tidak mudeng dengan apa yang dilakukan Kampoeng Batik Laweyan. Artinya, keberdayaan Kampoeng Batik Laweyan itu jadi pemicu untuk peningkatan objek wisaya lainnya,” tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya