SOLOPOS.COM - Penampilan penyanyi dangdut, Via Vallen, menghibur penggemarnya di Taman Hiburan Remaja (THR) Sriwedari, Solo, Rabu (27/9/2017) malam. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Wisata Solo, THR Sriwedari Solo bakal resmi tutup pada Desember mendatang.

Solopos.com, SOLO — Biduan Orkes Melayu (OM) Sera Via Vallen melempar senyum kepada ribuan penonton yang menyaksikan penampilannya di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, Rabu (28/9/2017) malam lalu. Senyum sang penyanyi bernama lengkap Maulidia Oktavia disambut sorak sorai penggemar yang menyemut di sekeliling panggung.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Malam itu, dara asal Sidoarjo hanya melempar tiga lagu. Sayang yang menjadi tembang andalannya bahkan tak dinyanyikan. Padahal jika sesuai dengan rencana, hari itu merupakan panggung terakhir Via dalam acara rutin tiga bulanan di sana.

“THR Sriwedari itu sudah seperti rumah kedua saya. Banyak kenangan di sini. Vianisty pertama kali dibentuk juga di Solo,” kata Via kala itu saat dimintai komentar soal rencana penutupan taman hiburan di pusat Kota Bengawan tersebut.

Direktur PT Smart Solo selaku pengelola THR Sriwedari, Sinyo Sujarkasi, didampingi pimpinan manajemen THR, Kamis (12/10/2017), menyatakan berhenti beroperasi mulai 4 Desember 2017. Tanggal itu molor empat hari dari perjanjian kontrak masa perpanjangan sewa lahan yang ditetapkan Pemkot Solo.

Penggemar Via asal Klaten, Suryanto, merasakan kesedihan atas rencana penutupan THR Sriwedari. Wakil Ketua Vianisty Klaten Timur ini tiga bulan sekali menyambangi THR Sriwedari, mengikuti jadwal manggung Via bersama OM Sera.

Menurutnya tak ada yang menggantikan panggung musik di lokasi tersebut. Vianisty Solo selalu mengunggulkan ketertiban setiap kali menonton idolanya manggung.

Para pencinta Koes Plus Solo menganggap THR Sriwedari merupakan cikal bakal terbentuknya komunitas mereka. Pengurus Koes Plus Fan Surakarta, Edy Kuncoro, saat berbincang dengan  di Pendapa Sriwedari, Minggu (15/10/2017), menyebutkan mereka kali pertama manggung sekitar tahun 2001. Pada 2004 ketika nama mereka mulai dikenal, terbentuklah komunitas tersebut.

Jalan panjang menghidupkan komunitas pencinta lagu lawas ini tak selalu mulus. Dimulai dari pentas yang hanya didatangi 30 penonton dengan tarif masuk Rp1.500 per orang hingga sekarang konsisten 400-an orang dengan harga tiket Rp12.000. Mereka sempat akan dibubarkan pada 2002 karena dianggap tidak mendatangkan massa besar.

Bermodal telepon genggam, para pengurus menyebarkan informasi pentas Koes Plus demi mempertahankan posisi mereka di THR Sriwedari. Kerja keras mereka terbayar. Pada 2003, Edy, mengatakan jumlah penonton panggung Koes Plus di THR mencapai 1.500 orang.

THR Sriwedari juga menjadi tempat bertemunya Koes Plus bersaudara. Pada 2010 mereka sukses menggelar reunian Koes Plus bersaudara setelah hampir 40 tahun tak pernah sepanggung. Kala itu penontonnya mencapai 6.000 orang. “Rasanya seneng banget. Bisa barengan mempertemukan mereka. Itu pencapaian menurut saya,” kenang Edy.

Kini menjelang penutupan THR Sriwedari, Edy gusar. Meski komunitasnya punya panggung rutin lain, namun THR Sriwedari tak tergantikan. Mereka diberi jatah manggung setiap dua kali dalam sepekan.

Sementara di tempat lain hanya sepekan sekali. Ruang kreatif mereka otomatis berkurang dengan rencana penutupan tersebut. Ia berharap ada jalan terbaik untuk dirinya dan komunitas musik lain setelah THR Sriwedari.

Sugeng yang mewakili Komunitas Musik Klasik Rock, Minggu, berharap kabar penutupan itu hanya mimpi. Ia tak tahu lagi ke mana akan menggelar pentas rutin per pekan setelah THR Sriwedari tutup. Bisa jadi mereka hanya menghilangkan kebiasaan manggung per pekan karena belum menemukan tempat lain yang lebih baik dari THR Sriwedari.

“Saat ini belum ada bayangan sih Mbak ke depan mau bagaimana. Yang pasti kami kehilangan tempat apresiasi,” kata dia.

Sesuai dengan peruntukannya pada zaman dulu, Budayawan Solo S.T. Wiyono membenarkan kawasan Sriwedari merupakan public space berfungsi sebagai tempat hiburan rakyat yang memenuhi aspek rekreasi, tempat nyaman, dan ruang pembelajaran budaya. Namun ia tak begitu mempermasalahkan rencana penutupan THR Sriwedari.

Konsep THR Sriwedari dengan wahana permainan anak, dan berbagai pentas musik memang benar sebagai pusat hiburan. Tetapi tidak berpengaruh terhadap perkembangan budaya di Solo karena selama ini sifatnya komersial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya