SOLOPOS.COM - Ilustrasi meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). (sheratonrhodesresort.com)

Wisata Solo, Solo dikembangkan menjadi detinasi MICE.

Solopos.com, SOLO — Dukungan kebijakan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dibutuhkan untuk mengembangkan Kota Bengawan sebagai satu dari 10 destinasi potensial untuk pariwisata meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) di Indonesia.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Anggota Tim Percepatan MICE Kementerian Pariwisata, Christina L. Rudatin, mengemukakan strategi pemasaran pariwisata untuk kepentingan MICE atau pertemuan, insentif, konferensi, serta pameran berbeda dengan leisure atau pelesiran.

“Untuk mendatangkan turis pelesir, tinggal jualan budaya, kuliner, dan lain sebagainya. Tapi untuk MICE, yang dijual fasilitas, infrastruktur, dan profesionalitas penyelenggaranya dulu. Melihat kapasitasnya saat ini, Solo baru 50%,” jelasnya saat ditemui di sela kegiatan Diseminasi Target Pasar Wisata MICE Segmen Pemerintah di Aston Hotel Solo, Jumat (25/11/2016) siang.

Vice Chairperson Indonesia Convention and Exhibition Bureau (Inaceb) ini mencontohkan untuk konferensi nasional misalnya, paling tidak dibutuhkan tempat ruang konferensi berkapasitas 5.000 orang dan 30 tempat pertemuan sekaligus.

“Kadang orang hanya berpikir ballroom, padahal kebutuhannya ruang konferensi dan 30 meeting room sekaligus. Kalau tempat dipencar, panitia harus menanggung mobilisasi peserta. Jaminan keamanan dan kenyamanannya bagaimana?” paparnya.

Christin juga menyorot nihilnya professional conference organization (PCO) atau penyelenggara konferensi profesional di sejumlah kota, termasuk Solo. Keberadaan penyelenggara acara profesional tersebut juga butuh dukungan regulasi.

“Izin usaha PCO berbeda dari EO. Peraturan penyelenggaraan acaranya juga belum menyertakan wajib ada PCO, aturannya masih gelondongan,” katanya.

Dia menyebutkan motor penggerak pariwisata MICE terletak pada kepala daerah. Pasalnya selama ini pasar pariwisata untuk kepentingan pertemuan, insentif, konferensi, serta pameran masih didominasi instansi pemerintah, baru disusul perusahaan, asosiasi, organisasi masyarakat, dan kelompokk lain.

“Butuh kebijakan wali kota. Misalkan, SKPD diwajibkan bikin meeting atau mengarahkan konferensi di sini. Selain itu butuh dukungan akses dan infrastrutur. Dan itu bagian dari kebijakan kepala daerah,” ujar dia.

Akademisi MICE dari Politeknik Negeri Jakarta, Hery Setyawan, menyampaikan pariwisata untuk kepentingan MICE dari hasil riset menunjukkan potensi devisanya bisa tujuh kali lipat dibandingkan pariwisata pelesiran. “Dampaknya besar. Termasuk bisa meningkatkan image daerah, mendorong pembangunan infrastruktur, hingga menarik minat investor,” paparnya.

Disampaikannya, Kota Solo pada 2014 masuk dalam 10 besar peringkat destinasi MICE Indonesia dari Union of International Associations. Peringkat tiga besar diduduki Bali, Jakarta, dan Jogja. Kota Bengawan berada di posisi bontot dalam peringkat 10 besar tersebut bersama Magelang dan kota lainnya.

Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukannya, kelemahan (weakness) yang perlu dibenahi untuk mengembangkan pariwisata MICE di Solo antara lain butuh dukungan promosi, fasilitas konferensi, gedung pertemuan berskala internasional, peningkatan kualitas produk, serta dukungan kebijakan.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti, mengatakan pemerintah pusat mendukung pengembangan pariwisata MICE di Kota Bengawan. “Kami bantu pemetaan, kajian, dan survei pengembangan MICE di sini. Setelah itu bisa dirumuskan strategi kebijakannya,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya