SOLOPOS.COM - Lampion-lampion di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Senin (11/12/2017). (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Air mancur menari bertaraf internasional hadir menyapa publik Kota Bengawan dengan beroperasinya Taman Pelangi di kawasan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo pada Kamis (21/12/2017) malam ini. Taman Pelangi tersebut bisa dinikmati pengunjung pada malam hari. Berikut laporan reporter Solopos, Indah Septiyaning W.

Solopos.com, SOLO — Air mancur dengan laser dan pencahayaan memakai teknologi canggih akan menyapa pengunjung TSTJ. Tak sekedar bermain pencahayaan, air mancur juga akan menembakkan air ke atas setinggi 30 meter dan api setinggi empat meter.  

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Suguhan apik air mancur yang dipasang di tengah danau dan berjarak 30 meter dari bibir danau, dimainkan setiap pukul 19.00, 20.00 dan 21.00 WIB di hari biasa.

Sedangkan hari Minggu atau libur nasional pertunjukkan air mancur ditambah pukul 10.00 WIB. Sekali dimainkan, air mancur akan diiringi lagu dengan durasi sekitar 10 menit. (Baca: Taman Lampion Juga Akan Dibangun di Jurug)

Keindahan pesona taman lampion menambah apik wisata malam di kebun binatang kebanggaan Wong Solo tersebut. Terdapat ribuan lampion berbentuk bunga-bunga kecil menghiasi hampir seluruh area komersil TSTJ. Warna warni bunga tulip, padang sabana dan lain sebagainya dengan permainan lampu mempercantik suasana malam hari. (Lihat Juga: Video Persiapan Taman Pelangi Jurug) 

Terdapat pula 600 lampion berukuran besar dengan beragam bentuk seperti naga dan hewan-hewan lain. Wahana permainan untuk anak-anak seperti komedi putar, bom bom car, trampolin dan kereta mini juga menambah semarak TSTJ. Masyarakat Solo dan sekitarnya bisa merasakan sensasi Taman Pelangi seperti di Surabaya, Yogyakarta dan Bali mulai Kamis (21/12/2017).

“Besok [Kamis 21/12] sudah mulai dibuka, soft opening. Lalu Jumat grand openingnya,” kata Direktur PT Cikal Bintang Bangsa selaku pengelola Taman Pelangi TSTJ, Agung Riyadi kepada wartawan, Rabu (20/12/2017).

Untuk jam operasional sendiri, Taman Pelangi Jurug dibuka mulai 17.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB setiap harinya. Tiket masuk Taman Pelangi dibandrol Rp20.000 per orang untuk hari biasa, sedangkan hari libur dan akhir pekan tiket dihargai Rp25.000 per orang.

Ikon Wisata Baru

Selain tiket masuk manajemen masih memberlakukan tarif setiap wahana permainan mulai dari Rp10.000. Taman Pelangi Jurug ini dinilai bakal menjadi ikon wisata baru bagi masyarakat Kota Solo dan sekitarnya.

Bahkan pihak Taman Pelangi sudah menargetkan pengunjung setiap harinya. “Untuk hari biasa, mungkin bisa 2.000 pengunjung, sedangkan di hari libur seperti tanggal merah, Sabtu dan Minggu bisa dua kali lipat,” kata dia.

Agung menyakini target tersebut akan tercapai. Sebab Taman Pelangi menjadi wahana permainan dilengkapi taman lampion serta air mancur menari kali pertama ada di kawasan Soloraya. Dengan nilai investasi di tahap pertama ini mencapai Rp 15 miliar. Tahap II pun segera dikerjakan dengan nilai investasi sama.

“Di tahap II akan kita tambah beberapa permainan seperti monorail yang akan melintas di atas danau dengan kecepatan 5 kilometer per jam,” katanya. Kereta monorail tersebut bisa dinikmati warga Solo dan sekitarnya setelah Lebaran tahun depan.

Direktur Utama Perusahaan Daerah (Perusda) TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso mengatakan transformasi TSTJ dimulai tahun ini dengan beroperasinya Taman Pelangi dan Taman Lampion yang juga dilengkapi air mancur menari. Transformasi kebun binatang tersebut bahkan ditargetkan mampu menarik pengunjung hingga 800.000 orang pada 2018 mendatang.

Bimo menuturkan beroperasinya Taman Pelangi saat libur sekolah, Natal dan Tahun Baru dinilai mampu menyedot pengunjung ke TSTJ. TSTJ akan semakin ramai tidak hanya siang hari, melainkan juga malam hari. “Kami targetkan 45.000 pengunjung selama libur sekolah, Natal dan Tahun Baru ini,” katanya.

Merujuk  masterplan, TSTJ terbagi dalam sembilan zona, yaitu, zona publik, zona plasa primata endemik Indonesia, zona primate, zona pendukung, zona dome burung, zona endemik Indonesia, zona Afrika, komersial area dan zona pedagang usaha kecil menengah (UKM).

Dari luasan 14 hektare (Ha) TSTJ, 3,5 Ha lahan diperuntukkan untuk area komersil, 10 Ha lahan konservasi dan sisanya untuk parkir.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya