SOLOPOS.COM - Museum mini Merapi (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Wisata Sleman mengenai mendongkrak angka kunjungan

Harianjogja.com, SLEMAN — Museum dinilai telat menanggapi perubahan zaman sehingga strategi yang dibuat untuk menarik pengunjung menjadi tidak efektif. Museum tetap hanya diminati generasi tua, sementara para millenials semakin emoh berkunjung.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Supaya tidak semakin telat, museum harus menyajikan unsur entertainment . Supaya orang masuk museum merasa terhibur terlebih dahulu. Buatlah museum jadi nganggeni dulu,“ ucap Ketua Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, Profesor Suratman Woro Suprojo saat hitung mundur menuju Indonesia Museum Awards 2017 di Museum Pendidikan, Sabtu (26/7/2017).

Setelah pengunjung, utamanya generasi muda, merasa terhibur, barulah unsur-unsur edukasi dijejalkan. Menurut Prof. Suratman Woro Suprojo, jika seseorang yang baru masuk museum sudah dijejali dengan sisi edukasi, mereka akan cepat bosan.

Untuk membuat museum jadi lebih menarik, imbuhnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti mengubah desain interior menjadi lebih menarik, menambah unsur kekinian seperti mengadakan lomba swafoto, dan pengemasan yang selalu baru.

“Harus diganti-ganti kemasannya. Hari per harinya harus beda. Misalnya, Pangeran Diponegoro hari ini pakai baju ini, besoknya begini. Supaya anak-anak tertarik datangnya, karena selalu beda,” ujarnya.

Ia menambahkan, museum juga mesti mengenali orientasi para pengunjung. Apakah tujuan mereka akan menjadi pebisnis atau pemimpin, misalnya. Dari sana, katanya, museum bisa menyediakan konten yang tepat.

Senada dengan Prof. Suratman Woro Suprojo, salah satu juri Indonesian Museum Award 2017, Prof. Wiendu Nuryanti juga menyebut program museum harus dikemas dengan lebih kreatif. Ia menilai selama ini museum sudah terlanjur lekat dengan generasi masa lalu sehingga para millenials merasa seakan-akan tidak punya ikatan apa pun dengan museum.

Menurutnya, citra museum harus dirubah supaya terkesan keren dan cocok bagi para millenials, “Museum harus sama kerennya dengan mall. Harus dibuat program yang gaul dan dekat dengan generasi muda,” terangnya.

Indonesian Museum Award 2017
Indonesian Museum Award adalah perhelatan yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012 oleh Komunitas Jelajah untuk memberikan penghargaan kepada museum, pengelola museum, tokoh peduli museum, universitas peduli museum dan media peduli museum.
Untuk tahun ini, rangkaian acara dimulai dengan diskusi di Museum Pendidikan dengan menghadirkan narasumber : Prof. Suratman Woro Suprojo, Prof. Wiendu Nuryanti dan Anggit Hernowo. Kegiatan ini sekaligus sebagai tanda dimulainya hitung mundur menuju puncak acara yang diselenggarakan di Bandung, Pertengahan Oktober 2017 mendatang.

“Kami sengaja memilih Jogja sebagai lokasi hitung mundur karena Jogja merupakan salah satu provinsi dengan jumlah museum terbanyak di Indonesia. Selain itu, perhatian masyarakat lewat komunitas-komunitas yang ada di kota ini juga cukup tinggi,” terang penggagas Indonesian Museum Award, Musiana Yudhawasthi.

Ia menambahkan, pada Indonesian Museum Award 2017 nanti juga akan ada lomba fotografi, film pendek, selfie. Semua lomba harus mengambil museum sebagai objek. Musiana Yudhawasthi berharap lomba-lomba tersebut bisa meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap museum

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya