SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung berfoto di lokomotif tua yang terdapat di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Sejumlah pengunjung berfoto di lokomotif tua yang terdapat di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Satu abad silam Stasiun Kerata Api Ambarawa menjadi pusat keramaian. Tempat lalu lalang para kompeni atau noni-noni Belanda hingga rakyat jelata yang mengangkut hasil bumi untuk diperdagangkan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Stasiun yang dapat ditempuh dua setengah jam perjalanan dari Kota Jogja itu, dahulu ikut menggerakkan roda perekonomian menuju peradaban baru.

Petugas Pelestarian Benda Bersejarah yang berkedudukan di Bandung (Jawa Barat), Sudono menceritakan, Ambarawa pernah menjadi pusat perkotaan. Lantaran tempat ini menghasilkan hasil bumi yang melimpah. Letaknya strategis karena dekat dengan pelabuhan. Banyak aktivitas Belanda terkonsentrasi di sini, salah satunya adalah keberadaan kamp-kamp penampung tahanan perang.

Pada 21 Mei 1873, pemerintah kolonial akhirnya meresmikan pendirian stasiun yang dinamai Stasiun Willem I setelah rel yang melewati Ambarawa, Semarang, Solo, Jogja dan Kedungjati selesai dibangun. Lokomotif didatangkan dari Jerman.

“Dulu di sini ramai sekali enggak seperti sekarang. Berbagai hasil bumi diangkut ke sini dikirim ke Semarang, Jogja oleh petani,” ujar Sudono di sela-sela lawatan sejarah puluhan siswa SMA DIY, Jateng dan Jatim yang digelar Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Selasa (19/6) lalu.

Menurut dia, kehidupan pribumi kala itu pun berubah drastis sejak kehadiran kereta yang digerakan dengan bahan bakar kayu jati itu. Pengiriman barang dan transportasi antardaerah kian mudah dan cepat. Salah satu lokomotif yang cukup bersejarah adalah C281. Lokomotif itu pernah ditumpangi Presiden Soekarno saat hijrah dari Jakarta ke Jogja pada 1946. Lokomotif lainnya juga pernah menjadi penganggkut jemaah haji serta logistik tentara Turki.

Kini 139 tahun berlalu, Stasiun Kereta Ambarawa tak lagi seramai dahulu. Pada 1970 tempat ini diubah menjadi Museum Kereta Api Ambarawa. Hanya 21 lokomotif yang teronggok di sebelah barat dan utara museum sebagai saksi bahwa pernah ada perdaban di tempat ini. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya