SOLOPOS.COM - MAKAM BERSEJARAH -- Makam Ki Ageng Banjaran Sari yang konon merupakan salah satu tokoh di era terakhir Kerajaan Majapahit ini banyaki dikunjungi peziarah, khususnya di bulan Syawal. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Tertarik dengan wisata sejarah, plus mencari suasana alam dengan panorama menarik? Perjalanan ke makam Ki Ageng Banjaran Sari di Dukuh Tengklik, Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo, boleh dicoba. Makam yang terletak di kaki Bukti Taruwangsa ini cukup ramai dikunjungi warga dan memiliki daya tarik tersendiri dari sisi sejarah.

MAKAM BERSEJARAH -- Makam Ki Ageng Banjaran Sari yang konon merupakan salah satu tokoh di era terakhir Kerajaan Majapahit ini banyak dikunjungi peziarah, khususnya di bulan Syawal. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu cucu juri kunci kedua di Makam Ki Ageng Banjaran Sari, Legimin, 53, mengisahkan Ki Ageng Banjaran Sari merupakan salah satu keturunan petinggi Kerajaan Majapahit. Setelah ada tanda-tanda akan runtuhnya kerajaan itu, Banjaran Sari akhirnya memilih hijrah meninggalkan kampung kelahirannya di Kediri, Jawa Timur.

“Saat itu, pengaruh agama Islam semakin kuat, sehingga Majapahit semakin terdesak. Ki Ageng Banjaran Sari kemudian pergi berkelana dan sampailah dia di sekitar Bukit Taruwangsa ini,” papar Legimin.

Sebelum didatangi Banjaran Sari, kawasan di sekitar Bukit Taruwangsa masih berupa hutan belantara. Konon, rumah Banjaran Sari di bukit itu hanya beratapkan rangkaian ranting dan dedaunan yang diambilnya dari hutan. “Karena haya ada satu rumah di bukit itu, maka dibilangnya tengklik-tengklik alias hanya satu saja. Istilah itulah yang konon melatarbelakangi nama Dukuh Tengklik ini,” tutur Legimin.

Di Bukit Taruwangsa itu, Ki Ageng Banjaran Sari tinggal didampingi pengawalnya, Ki Ageng Tuguwono. Banjaran Sari menetap di bukit tersebut sampai akhir hayatnya. Dia lalu dimakamkan di kaki bukit yang memiliki ketinggian sekitar 250 meter.


Lihat Peta Lebih Besar

Jasa Banjaran Sari adalah melakukan babat alas di bukit ini. Akhirnya muncul sebuah permukiman. Penjaganya, Ki Ageng Tuguwono pun dimakamkan persis di samping kuburannya,” jelas Legimin.

Makam Ki Ageng Banjaran Sari tersebut ramai didatangai peziarah, terutama setiap malam Jumat dan malam Selasa kliwon. Puncak arus peziarah, terjadi di saat momentum Lebaran, yakni 1-4 Syawal. Menurut Legimin, peziarah yang datang bisa mencapai ribuan. Mereka berasal dari berbagai golongan, agama dan daerah. Beberapa peziarah juga berasal dari luar Pulau Jawa. “Ada yang datang dari Ujung Pandang, Jakarta, dan daerah-daerah lain terutama sekitar Solo, seperti Klaten,” ungkap dia.

Selain terdapat makam Ki Ageng Banjaran Sari, Bukit Taruwangsa terdapat tujuh mata air atau sendang. Tujuh sendang itu adalah Sendang Jaya Kusuma, Sendang Sikapa, Sendang Clarat, sendang Cahyawati, Sendang Gendong, dan dua mata air yang namanya Sendang Kembar. Deretan bebatuan unik ikut menambah daya tarik sekitar makam Ki Ageng Banjaran Sari. Batu-batu itu diberi nama sesuai dengan bentuknya, yakni Batu Gajah, Batu Kandang, Batu Pecak, Batu Manten, Batu Gua, Batu Gebyok dan Batu Amben.

Hanifah Kusumastuti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya