SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat proses pembuatan gula pasir yang berlangsung pada saat musim giling tebu di PG Tasikmadu. (JIBI/Solopos/dok)

Ingin mencari alternatif wisata yang selain menyegarkan pikiran sekaligus menambah pengetahuan tentang sesuatu yang tak mudah diketahui sehari-hari? Wisata ke pabrik gula bisa menjadi pilihan. Salah satunya adalah ke Pabrik Gula (PG) Tasikmadu, Karanganyar.

MENGUNJUNGI PABRIK GULA--Ratusan siswa SMPN 3 Gedangsari, Gunungkidul, DIY, mengunjungi Pabrik Gula (PG) Tasikmadu, Rabu (22/6/2011). Kunjungan tersebut untuk memperkenalkan dan melihat secara langsung kepada siswa, bagaimana proses pembuatan gula dari awal hingga akhir. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dengar saja suara mesin-mesin penggilingan tebu yang bergemuruh di Pabrik Gula (PG) Tasikmadu pada saat produksi sedang berlangsung. Debu, asap dan bau khas gilingan tebu, juga menyeruap hampir di setiap sudut pabrik yang dibuat di era kekuasaan Mangkunegara IV pada 1871 itu. Udara di dalam pabrik juga panas karena dua tungku raksasa yang digunakan untuk memasak gula sedang dinyalakan. Tempat ini sduah sering menjadi tujuan wisata edukasi, khususnya yang dilakukan oleh sekolah-sekolah.

Misalkan saja saat para siswa SMPN 3 Gedangsari, Gunungkisdul, DIY, berkunjung ke tempat itu pekan ini. Meski di dalam pabrik panas, berdebu dan bising, namun hal itu tidak menyurutkan ratusan siswa tersebut melihat secara dekat bagaimana proses pembuatan gula pasir, dari awal hingga akhir. Beberapa siswa sibuk mendengarkan secara seksama penjelasan pemandu dari Wanawisata Sondokoro, tempat wisata yang berada satu kompleks dengan pabrik gula itu. Sementara siswa lainnya ada yang sibuk mengambil foto dengan latar belakang mesin penggilingan.

Kepada mereka dijelaskan beberapa fungsi mesin-mesin seperti mesin penggilingan dan pemukulan tebu. Serat tebu lalu diperas untuk mendapatkan air tebu. Proses pemerasan tebu dilakukan dengan mencampurkan air. Meski sudah tidak ada airnya, namun ampas tebu masih bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk memanasi ketel. Ketel jumbo di pabrik akan mengeluarkan uap untuk pembangkit listrik. Untuk menggerakkan seluruh mesin, dibutuhkan tenaga listrik 3,2 megawatt. “Jadi semua bahan tebu tidak ada yang dibuang sia-sia,” kata Naryo, pemandu wisata dari Sondokoro, seraya menunjukkan mesin-mesin raksasa di pabrik tebu itu.

PEMBUATAN GULA -- Di PG Tasikmadu pengunjung bisa melihat proses pembuatan gula pasir yang berlangsung pada saat musim giling tebu saat ini. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

Selanjutnya, air tebu dipanaskan di mesin pemurnian. Pemurnian dilakukan berkali-kali agar didapat gula yang baik. Setelah air tebu mengental, lalu diwadahi dalam bejana besar dan dibawa ke stasiun masakan. Di sana , air tebu yang kental dijadikan butiran kristal. Sebelum mengkristal, para siswa pun menyelupkan jari mereka ke dalam air tebu yang masih mengental, lalu menjilat manisnya nira yang baru saja keluar dari mesin pemanas itu.

“Dengan mengunjungi pabriknya secara langsung, saya bisa melihat bagaimana membuat gula. Mempelajari bagaimana membuat gula itu ternyata sangat bermanfaat,” ujar salah satu siswa SMPN III Gedangsari, Arifah Hidayanti, 14, saat ditemui di sela-sela kunjungan.
Beda lagi dengan Siti Nurhayati, 14. Siswi kelas VIII ini mengaku kagum dengan berbagai peralatan dan mesin-mesin raksasa yang dimiliki PG Tasikmadu. Dia kini juga paham bagaimana pembuatan gula dari yang hanya berupa tebu menjadi gula pasir. “Saya benar-benar kagum, karena peralatan yang sudah tua dari zaman Belanda, masih berfungsi hingga sekarang,” katanya.

Farid Syafrodhi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya