SOLOPOS.COM - Kawasan Lalbagh (JIBI/Bisnis Indonesia/Hendra Wibawa)

Kawasan Lalbagh (JIBI/Bisnis Indonesia/Hendra Wibawa)

Pertama kali mendengar Silicon Valley, pikiran saya langsung membayangkan pusat teknologi informasi (TI) di Amerika Serikat (AS) yang berada di pantai selatan San Francisco, lokasi di mana perusahaan semikonduktor dan komputer seperti Apple, Cisco, eBay, Google, HP, dan Intel, berkantor.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Saya juga membayangkan Bengaluru memiliki gaya hidup yang mirip kota yang mendidikasikan diri kepada TI. Semua serba ultramodern, teratur dan canggih.  Ternyata bayangan saya tak sepenuhnya benar. Bengaluru dengan penduduk sekitar 8,5 juta jiwa merupakan kota terbesar ketiga di India. Dengan jumlah itu, penduduk Bengaluru hampir menyamai DKI Jakarta.

Namun, Bengaluru bukanlah Jakarta yang lebih riuh membahas soal percepatan infrastruktur ketimbang kerja nyata. Di Bengaluru, saya jadi tahu periode saling berdebat sudah tamat dan digantikan dengan kerja nyata. Jangan heran, Bengaluru kini terus dan terus berbenah memperbaiki diri.

Ditemani L. Veeranna, guide lokal sekaligus sopir mobil sewaan, kami memutuskan menuju Lalbagh Botanical Garden. Agaknya, Lalbagh memang memanjakan orang yang senang bersantai sekaligus ingin mencari pencerahan. Di kebun bunga yang sangat luas, saya menemukan pemandangan menyejukkan mata tidak seperti kota Bengaluru yang berhawa panas.

Hampir di sepanjang jalan di dalam Lalbagh menyediakan bangku panjang yang selalu terisi sekumpulan keluarga yang tengah bercengkerama sembari menikmati kesejukan taman.

Tak hanya disenangi kaum perempuan dan laki-laki untuk membuat janji, Lalbagh juga dikagumi orang tua untuk sekadar melamum atau bertemu koleganya di bangku taman. Lalbagh Botanical Garden merupakan salah satu kebun raya yang paling beragam di kota berjulukan City of Garden. Dengan luas 188 hektare, kebun itu pertama kali dibangun Heider Ali yang diteruskan anaknya Tipu Sultan pada 1740.

Tipu Sultan tak hanya menyelesaikan pembangunan kebun itu tetapi juga mengisinya dengan tanaman tropis yang dibawa dari sejumlah negara.  Lalbagh Botanical Garden juga dilengkapi rumah kaca yang rancangannya terinspirasi oleh Crystal Palace di London, Inggris. Setiap tahun, di rumah kaca itu digelar pameran bunga.

Lalbagh juga merupakan rumah bagi banyak pohon subtropis, dan tumbuh-tumbuhan berbunga cantik. Bahkan kebun bunga itu tetap mempertahankan sistem pengairan yang dibangun sejak abad ke-17. Tak salah lagi jika Lalbagh disebut salah satu taman yang paling indah di India. 

(JIBI/Bisnis Indonesia/Hendra Wibawa)

Bukit Batu Granit

Setelah mengelilingi kebun, Veeranna mengajak saya menuju Peninsular Gneiss di dekat pintu masuk Lalbagh. Peninsular Gneiss merupakan bukit batuan granit yang terbentuk akibat aktivitas bumi selama lebih 3.000 juta tahun lalu.

Di bukit itu, sebuah monumen geologi didirikan di atas Peninsular Gneiss oleh Geological Survey of India. Salah satu dari empat menara utama di atas bukit merupakan tempat favorit wisatawan karena bisa melihat kota Bengaluru.

Ke India sepertinya kurang lengkap jika tidak mengunjungi kuil. Veeranna mengusulkan kami mengunjungi Big Bull Temple yang berada di Basavanagudi, daerah permukiman di selatan Bengaluru.

Menurutnya, Big Bull Temple merupakan kuil tertua di kota itu. Kuil itu selalu dikunjungi ribuan warga setiap tahunnya. Sesuai dengan namanya, kuil itu berisi patung sapi dalam posisi terduduk yang berukuran besar dengan lambang trisula didahinya.

(JIBI/Bisnis Indonesia/Hendra Wibawa)

Menurut cerita kuil itu dibangun abad ke-16 untuk menghormati Dewa Shiwa. Sebelum kuil itu dibangun, daerah itu merupakan lokasi perkebunan yang sangat subur dengan hasil bumi berupa kacang-kacangan.

Kala itu, para petani menemukan lahan perkebunan mereka selalu dijarah sebelum panen dilakukan. Suatu hari seorang petani menemukan sekumpulan sapi di perkebunan. Petani itu lantas memukul binatang itu. Tiba-tiba, sapi itu duduk dan mulai tumbuh lebih besar.

Petani itu pun berdoa kepada Dewa Shiwa meminta pertolongan atas kejadian itu. Dewa Shiwa menyarankan petani mengambil trisula untuk disempatkan di dahi sapi. Sapi itu pun lantas menghilang. Sebagai gantinya muncul patung sapi dalam posisi duduk di dekat tempat itu. Akhirnya sebuah kuil dibangun dengan patung sapi berada di dalamnya. Dan saya pun sempat mengitari patung sapi itu tanpa perlu memujanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya