SOLOPOS.COM - Makam Apung Mbah Mudzakkir (Sumber: Antaranews.com)

Solopos.com, DEMAK Kabupaten Demak, Jawa Tengah memiliki objek wisata religi yang cukup unik berupa makam terapung dari Syekh Abudullah Mudzakkir atau biasa disebut Mbah Mudzakkir. Dia adalah salah satu ulama besar yang telah menyiarkan agama Islam di kawasan Pantai Sayung, Kabupaten Demak.

Bahkan, ulama yang lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen pada 1869 silam ini dikenal sebagai pencetak kiai muda di Kabupaten Demak dan sekitarnya. Dikutip dari Demakkab.go.id, Jumat (2/12/2021), Mbah Mudzakkir sebelumnya banyak berguru kepada beberapa ulama dari berbagai daerah, salah satunya dengan Syekh Soleh Darat.

Promosi Dukung Keberhasilan IKN, BRI Sediakan Layanan Lengkap Perbankan

Sekitar 1900, beliau menetap di Tambaksari, Bedono dan menikah dengan Nyai Latifah dan Nyai Asmanah. Beberapa waktu kemudian dia menikah lagi dengan Nyai Murni dan Nyai Imronah. Dari empat istrinya, Mbah Mudzakkir dikaruniai 18 anak.

Salah satu karomah yang diberikan Allah SWT kepada Mbah Mudzakkir ini adalah makamnya tidak terendam air meskipun terletak di tengah-tengah laut yang bergelombang tinggi. Makam aggota keluarganya yang terdiri dari empat istri dan 18 anak juga tidak terendam air laut. Karena inilah, makam Mbah Mudzakkir dan keluarga dianggap keramat lantaran tidak terkikis dan tenggelam akibat terjangan pasang surut air laut.

Baca Juga: Beda Suku, Warga Pantura Jateng & Jabar Bahasanya Mirip Lho

Bagi para peziarah yang hendak berziarah ke makam Mbah Mudzakir harus berjalan melewati jembatan di pantai sepanjang 700 meter. Awalnya, lokasi makam apung ini berada di daratan, tepatnya di Dusun Tambaksari. Namun karena terus menerus terkena banjir rob atau banjir pasang, daratan di dusun tersebut terkikis atau mengalami abrasi sehingga keberadaan makam Mbah Mudzakkir terancam keberadaannya. Oleh karena itu, warga setempat berinisiatif memindahkan makam Mbah Mudzakkir beserta keluarga ke tengah pantai.

Konon, makam Mbah Mudzakkir itu mengapung sehingga tidak akan tenggelam kendati ada gelombang tinggi. Hal tersebut diyakini masyarakat setempat sebagai bentuk keluhuran budi Mbah Mudzakkir semasa hidupnya yang melakukan syiar di wilayah laut tersebut dan sangat berjasa dalam pembangunan akhlak  warga setempat, baik dalam hal ilmu agama maupun tradisi yang diajarkan.

Mbah Mudzakkir juga menguasai ilmu kanuragan dan kebal dari berbagai macam senjata. Dia kerap diminta orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kendati demikian,  dia tidak mengharapkan imbalan dari pertolongannya itu.

Baca Juga: Kontroversi Gelar Kartini, Mestinya R. Ay Bukan RA, Begini Ceritanya

Tidak dimungkiri, keahlihan dan keikhlasannya membuat nama Mbah Mudzakkir kian  dikenal orang dan sangat mendukung upayanya dalam melakukan syiar Islam. Pada 1950, Mbah Mudzakkir meninggal dunia dalam usia 81 tahun. Makamnya banyak dikunjungi peziarah yang datang dari berbagai daerah di Jawa hingga Kalimantan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya