SOLOPOS.COM - Pendaki menyesaki Gunung Andong (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Wisata Magelang kali ini mengenai petualangan plus pemandangan apik mengenai tujuh puncak gunung.

Harianjogja.com, MAGELANG-Tak sekadar matahari terbit biasa. Dari puncak gunung yang akrab dijuluki Gunung Punuk Unta ini, sunrise kian indah dengan taburan pemandangan 7 puncak gunung yang berderet mengitar. Di manakah tempat itu, dan seperti apa gambaran keindahannya?

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Putaran roda kami melambat lantaran jalan kian menanjak curam.Memasuki Desa Grabag, Kecamatan Magelang, hujan deras menyambut kami. Tak ingin terjebak malam di tengah perjalanan, kami pun tekatkan untuk menerjangderasnya hujan.

“Pasar Grabag? Lurus saja, masih sekitar 200 meteran lagi,” teriak seorang laki-laki dari dalam warungnya ketika kami tanya di mana lokasi Pasar Grabag.Memang, Pasar Grabag adalah lokasi tujuan kami jika ingin memulai perjalanan berburu sunrise di Gunung Andong dari jalur Magelang.

Sebenarnya, masih ada jalur yang jauh lebih populer, yakni melalui Pasar Ngablak. Hanya saja, ketika kami cek di peta yang kami miliki, lokasi Pasar Ngablak terlalu jauh dari rute yang kami rencanakan sebelumnya. Sabtu (7/2/2015), pukul 15.00, hujan kian deras saja. Kami putuskan untuk menunggu hujan reda. Beruntung, ada kawan yang bersedia rumahnya kami jadikan tempat singgah dan sekadar berteduh dari hujan.

Hampir pukul 18.00, hujan tinggal menyisakan gerimis. Kami pun bergegas memacu sepeda motor kami ke
basecamp. Ada 3 basecamp yang bisa kami pilih, yakni Basecamp Dusun Gogik, Dusun Pendem, dan Dusun
Sawit.Kami pun sepakat memilih Basecamp Gogik sebagai titik start pendakian. Selain karena kawan kami memiliki saudara yang bekerja sebagai salah satu petugas di basecamp tersebut, Basecamp Dusun Gogik juga merupakan basecamp terdekat dari puncak Gunung Andong.

“Jaraknya sekitar 500-700 meter saja dari puncak gunung,” ujar Warih Arbi Hernowo, salah satu kawan yang rumahnya kami jadikan tempat singgah tadi.Motor kami pun kembali meraung menembus petang.

Jalanan berkelok dan licin memaksa mata kami harus lebih awas. Belum lagi kabut sisa hujan yang masih tebal terus bergerak menampar wajah kami.Sekitar 15 menit kemudian, kami pun disambut oleh 3 orang. Dengan senternya, mereka mengarahkan kami melintasi jalan desa yang berbatu menuju sebuah pos kecil mirip pos jaga pintu gerbang.

Tak nyana, ratusan pendaki sudah memenuhi hampir setiap rumah penduduk yang merelakan ruang tengah rumahnya menjadi basecamp para pendaki. Beruntung ada saudara kawan kami. Bak seorang tamu, kami pundisiapkannya segelas teh panas.

Sembari menyeruput teh panas, kami pun sempat berbincang dengan saudara kawan kami yang juga petugas Basecamp Dusun Gogik itu. Selain menceritakan perihal jalur yang nantinya akan kita lalui, ia juga mengisahkan bagaimana awal dibukanya Basecamp Dusun Gogik. Dari kisahnya, kami akhirnya tahu bahwa sebenarnya Basecamp Dusun Gogik yang terletak di kawasan Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang itu sebenarnya baru berdiri kurang dari setahun yang lalu.

“Awalnya itu ada satu-dua pendaki yang nyasar kemari. Akhirnya, sejak itu kami berpikiran, kenapa tidak kita buka saja jalur ini untuk pendakian,” kisah petugas yang bernama Rangga Permana Yudha itu.Kami pun kian terhenyak dengan kisah demi kisah yang dituturkannya tentang gunung berketinggian 1.726 mdpl ini.

Salah satunya adalah mengenai jumlah pendaki yang berangkat mendaki dari Basecamp Dusun Gogik.
Dikatakannya, di hari pendakian kami itu, ternyata sudah ada lebih dari 200 orang yang berangkat.

“Itu baru dari sini [Basecamp Dusun Gogik], belum di 2 basecamp yang lain lho, Mas,” ucapnya.

Padahal, seperti yang diakuinya, dari 3 basecamp yang ada, Basecamp Dusun Sawit lah yang selalu menjadi
jawara jika berhitung jumlah pendaki yang berangkat. Dikatakannya, jumlah pendaki yang berangkat dari Dusun Sawit biasanya selalu 2 kali lipat lebih banyak dari 2 basecamp lainnya.

“Sementara untuk tiket masuk, harga kami berlakukan sama dengan basecamp yang lainnya, yakni Rp5 ribu per motor. Kalau per orangnya Rp2 ribu saja” imbuhnya.

Sekitar pukul 20.00, kami pun memulai langkah untuk summit attack. Memasuki gerbang awal, kami disambut oleh gapura bertuliskan

‘Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh’ dalam aksara Arab. Tak heran, tepat di kaki Gunung Andong viaBasecamp Dusun Gogik ini berdiri Pondok Pesantren Nurul Huda. Mengikuti jalur berlumpur yang licin akibat hujan deras beberapa jam lalu kami harus berjuang menapaki tanjakan yang seolah tanpa ujung.

Berjalan sekitar 15 menit, kami sudah disuguhi pemandangan menakjubkan. Bintang bawah, begitulah kami
menyebut pemandangan kerlip lampu kota Magelang dari ketinggian sekitar 1500 mdpl. Terus mengikuti tanjakan, vegetasi pun kian jarang. Barulah sekitar pukul 21.30, kami pun tiba di puncak Gunung Andong. Ternyata benar ujar petugas basecamp. Di kawasan puncak, sudah penuh sesak oleh pendaki dari berbagai daerah.

Angin malam lembab ditambah perut yang kosong memaksa kami untuk bergegas mendirikan tenda dan bersiap memasak hidangan malam. Meski sangat sederhana dengan menu seadanya, yakni teh panas dan sebungkus roti sobek tetap saja terasa istimewa. Betapa tidak, di hadapan kami, pemandangan bintang bawah Kota Magelang dan Salatiga serta siluet Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo seolah menjadi tambahan menu makam malam kami.

Tanpa terasa, perut yang terisi dan otot kaki yang mengejang lantaran dihajar tanjakan membuat kami yang tak punya pilihan selain harus terlelap. Sekitar pukul 04.30, kami beranjak dari peraduan dan membuka pintu tenda. Kami sempat kecewa dengan tebalnya mendung yang menggantung di langit timur. Kami khawatir mendung akan menghalangi matahari untuk menyapa pagi kami.

Ternyata benar, hingga sekitar pukul 05.00 matahari tak juga menunjukkan tanda-tanda akan muncul. Meski begitu, kami tetap dibuat takjub dengan semburat warna jingga tepat di sisi selatan puncak Gunung Merbabu yang tegak menjulang di sisi timur kami.

Saat keluar tenda, ternyata hampir semua pendaki telah siap menyambut sang fajar itu. Beragam alam rekam, mulai kamera, handycam, hingga sekadar kamera ponsel telah mereka siapkan untuk merekam keindahan Sang Pencipta.

Barulah sekitar pukul 06.30, matahari benar-benar keluar menembus mendung yang kian menipis. Saat itulah, kami menyadari ketiga puncak Gunung Andong itu memang benar-benar dijejali pendaki. Kami pun bergegas menyiapkan sarapan pagi. Kali ini kami tak hanya menikmati hidangan sederhana. Kami ingin membuat sarapan pagi kami terasa sempurna.

Setelah menikmati hidangan dan sekadar bercengkerama dengan para pendaki lainnya, sekitar pukul 14.00 kami pun berkemas. Setelah selesai merobohkan tenda, packing barang, hingga mengumpulkan sampah, kami pun bergegas turun gunung.



Barulah, satu jam berikutnya kami tiba kembali di basecamp. Otot kaki yang mengejang dan keringat yang
mengucur benar-benar menjadi kenangan yang tak akan terlupakan bagi kami. Terlebih ketika kepala kami
menoleh ke belakang, puncak I Gunung Andong terlihat menjulang.

Di sanalah semalam kami makan, bercengkerama dan terlelap. Kini, kami bersiap kembali beraktivitas. Puncak Punuk Unta dengan 7 puncak gunung di sekelilingnya benar-benar menjadi cerita yang akan sangat dengan
senang hati kami bagi untuk para pecinta keindahan alam terbuka, ciptaan Sang Pencipta.

7 Puncak yang terlihat dari puncak G.Andong
Utara
1. Puncak Telomoyo
Barat
1. Puncak Sindoro
2. Puncak Sumbing
3. Puncak Prau
Timur
1. Puncak Merbabu
2. Puncak Merapi
3. Puncak Lawu
Selatan
1. Puncak Tidar (tak selalu terlihat)
2. Pegunungan Menoreh (tak selalu terlihat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya