SOLOPOS.COM - Pengepul cengkeh menjemur cengkehnya di sepanjang ruas jalan di Desa Sidomulyo, Pengasih, Kulonprogo, Jumat (29/7/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Kulonprogo berikut di daerah Dusun Sidomulyo.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Menelusuri ruas jalan utama di Dusun Sidomulyo, Pengasih, Kulonprogo maka pengguna jalan akan dimanjakan dengan harum cengkeh yang dijemur di sisi-sisi jalan. Rempah-rempah yang pernah menjadi primadona Bangsa Eropa tersebut menambah nikmat perjalanan menuju kawasan wisata di utara Kulonprogo ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Melalui jalur Clereng, para wisatawan dapat mengakses lebih cepat, tetapi jalanan juga lebih menanjak ke kawasan wisata Waduk Sermo dan Kalibiru, Kokap, Kulonprogo. Namun, jika perjalanan diteruskan sedikit ke arah timur, penggunan jalan juga mendapatkan papan informasi menuju air terjun Kedung Pedut yang semakin kondang beberapa waktu terakhir ini.

Sebelum mencapai tujuan akhir, para pengunjung onjek wisata ini juga akan disuguhkan dengan pemandangan alam nan indah dari ketinggian. Sembari menikmati hawa sejuk yang mulai datang, pengendara juga akan menikmati hamparan cengkeh yang dijemur di kanan dan kiri jalan raya. Cengkeh-cengkeh tersebut digelar di atas tenda ataupun terpal hingga berkilo-kilo meter jauhnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Banyaknya cengkeh yang dijemur inilah yang kemudian menghadirkan keharuman tipis namun khas ini. Perpaduan antara hawa dingin dan harum bunga cengkeh inilah yang kemudian menjadi penanda pengendara berada di kawasan Sidomulyo, Pengasih, Kulonprogo. Meski demikian, siapa sangka bahwa ternyata daerah ini bahkan tidak mampu memproduksi cengkehnya sendiri.

Kaya Cengkeh tetapi Tak Dapat Budidaya Mandiri

Sukinem, salah satu pengepul cengkeh yang ditemui kala menjemur cengkehnya menjelaskan bahwa  desanya masih kurang dingin untuk budidaya pohon cengkeh.

“Hampir semua di sini pengepul makanya jemurnya banyak dan harumnya ke mana-mana,”urainya ketika ditemui Harianjogja.com, Jumat (29/7/2016). Cengkeh yang ia jemur didapatkan dari daerah Clapar dan Jatimulyo yang berada di kawasan yang lebih tinggi.

Ia sendiri menjemur lima kuintal cengkeh basah setiap harinya. Setiap hari ia akan menambah cengkeh basah yang ia jemur sembari menunggu cengkeh sebelumnya mengering. Untuk setiap kilogram cengkeh basah, ia harus mengeluarkan modal sebesar Rp31.000. Ketika cengkeh tersebut sudah kering maksimal maka ia bisa menjulanya dengan kisaran harga Rp98.000-Rp103.000 per kilogram.

Ketika musim kering, Sukinem bisa menghasilkan cengkeh kering kualitas terbaik dalam enam hari. Namun, ketika hujan lebih sering datang maka ia butuh berminggu-minggu untuk mengeringkan cengkehnya. Selain itu, ia juga harus pontang-panting mengangkat jemuran cengkehnya yang berkuintal-kuintal itu tiap kali hujan turun. Karena itu, kini ia dan rekannya kini kesulitan mengeringkan cengkehnya akibat cuaca yang tak menentu.

“Sekarang susah, sebentar hujan sebentar panas,”jelasnya.

Wita Anggraini, salah satu mahasiswa asal Jogja yang kebetulan melintas mengatakan heran dengan banyaknya cengkeh yang digelar di sisi jalan.

“Banyak sekali, saya dan teman-teman sampai heran,”ujarnya.

Ia pun akhirnya memutuskan berhenti untuk kemudian mengamati aktivitas penduduk sekitar menjemur cengkeh. Rekannya pun kemudian mengambil sejumlah foto sebagai dokumentasi perjalanan wisata ke Kulonprogo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya