SOLOPOS.COM - Objek wisata Pantai Pasir Kadilangu, Jangkaran, Temon menawarkan keunikan kreasi beragam stan dari bambu di sisi mangrove dan laut selatan Jawa. Jembatan cinta merupakan salah satu spot favorit bagi sebagian besar pengunjung untuk berfoto ria, Senin(22/8/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Kulonprogo alternatif di Pantai Pasir Kadilangu

Harianjogja.com, KULONPROGO — Pantai Pasir Kadilangu di Desa Jangkaran, Temon menawarkan paket keindahan mangrove beserta hamparan pemandangan laut. Sebagai yang utama, disediakan jembatan bambu berbentuk hati tempat para wisatawan bisa berfoto selfie sepuasnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantai Pasir Kadilangu terletak bersebelahan dengan wisata mangrove Pasir Mendhit yang juga berada di desa yang sama. Meski serupa, namun Pantai Pasir Kadilangu menawarkan keunikannya tersendiri. Selain jembatan bambu yang dibangun agar wisatawan bisa berjalan bisa menyisiri mangrove, di setiap sisinya juga dibangun stan tambahan menarik dengan bambu.

Ekspedisi Mudik 2024

Pengelola wisata pun cerdik memanfaatkan istilah-istilah masa kini guna menamai sarananya. Septianu Rianto, salah satu anggota kelompok wisata ini menjelaskan bahwa salah memang sengaja dipilih istilah kekinian untuk menambah daya tarik sarana tersebut. Ia mencontohkan salah satu lorong di jembatan mangrove tersebut dinamai Goa Sama Lu.

“Supaya lebih kekinian,seperti jembatan yang dinamai Jembatan Tempo Dulu, kan jadi menarik,”ujarnya kepada Harianjogja.com, Senin(22/8/2016).

Namun, ia menyebutkan sarana wisata utamanya ialah jembatan bambu berbentuk hati yang berada di bagian akhir jembatan mangrove. Di salah satu sisinya juga dibangun menara pandang setinggi 3 meter untuk menikmati pemandangan sekitar dari ketinggian. Selain itu, menara pandang ini juga bisa menjadi lokasi juru foto agar latar jembatan cinta tersebut terlihat dengan jelas.  Terbukti, jembatan ini menjadi favorit para pengunjung yang didominasi generasi muda ini.

Setiap pengunjung yang masuk dikenakan retribusi sebesar Rp3.000 untuk hari biasa dan Rp4.000 untuk hari libur. Dana tersebut digunakan sebagai biaya perwatan jembatan yang dibangun dan dikelola olah warga dusun Dusun Pasir Kadilangu secara swadaya ini. Selain itu, dikenakan pula biaya parkir kendaraansebesar Rp2.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil.

Sejak dibuka pada Mei 2016 lalu, rata-rata sebanyak 200 orang datang mengunjungi objek wisata yang terletak di Muara Sungai Bogowonto ini setiap harinya. Jumlah pengunjung membludak hingga 1000 orang setiap akhir pekan ataupun hari libur nasional. Mendatang, Rianto mengatakan bahwa objek wisata ini akan dikembangkan dengan membentuk jembatan bambu yang melingkar. Pada bagian tengahnya kemudian akan ditambahkan sejumlah wisata air untuk menarik pengunjung lebih banyak.

Seluruh pengerjaan objek wisata ini dilakukan dengan cara bergotong royong sebagai upaya peningkatan perekonomian warga. Terlebih lagi,warga melihat bahwa potensi wisata di bagian timur kemungkinan akan tergerus dengan adanya pembangunan Bandara Temon. Selain itu, keberedaan mangrove sendiri merupakan suatu potensi untuk dikembangkan sebagai wisata sekaligus edukasi bagi masyarakat luas.

Muhammad Rosyid, salah satu wisatawan asal Sragen, Jawa Tengah mengatakan bahwa ia mengetahui objek wisata tersebut dari sosial media. Menurutnya, objek wisata tersebut menarik karena beragam stan bambu yang tersedia di sepanjang jembatan bambu. Selain itu, disediakan pula wisata dengan perahu yang hanya sekedar membayar Rp5.000 per orang. “Pemandangannya bagus, bisa menikmati aingin sepoi-sepoi juga,”ujarnya ketika ditemui di lokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya