Wisata Karanganyar menyimpan berderet pemandangan ciamik. Salah satu potensi yang bakal tergali yakni Sumur Emas. Mata air berusia ratusan tahun di Kampung Purba Gondangrejo.
Solopos.com, KARANGANYAR — Sumur Emas berada di Grenjeng, Dayu, Gondangrejo, Karanganyar. Oleh warga setempat sumur ini dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Salah satu warga yang memanfaatkan yakni Ghofir. Dia mengakui setiap hari mendatangi mata air tersebut untuk mengambil air. “Sehari bisa dua kali hingga tiga kali. Ini untuk air minum saja, karena tidak berkapur,” kata dia saat ditemui wartawan di lokasi mata air, Rabu (21/1/2015).
Menurutnya, pada musim kemarau, air dari mata air tersebut tidak mengering.
Kepala Dusun Grenjeng, Nina Nurcahyaningsih, mengatakan sejak dulu mata air tersebut selalu didatangi warga dari berbagai daerah.
“Bahkan ada yang menggunakan mobil. Apalagi pada hari-hari libur. Tapi airnya tidak berkurang, terus mengalir. Saat kemarau juga tidak kering,” ungkap dia saat ditemui wartawan di lokasi mata air, Rabu.
Dia sendiri tidak mengetahui secara pasti kapan mata air tersebut muncul. Namun berdasarkan cerita dari sesepuh, mata air tersebut sudah ada sejak dulu.
Anggapan bahwa mata air tersebut sudah ada sejak zaman prasejarah pun muncul. Terlebih setelah di Dayu ditemukan banyak fosil-fosil dari masa prasejarah.
Lokasi mata air tersebut berada cukup jauh dari permukiman warga. Mata air berada di sisi sungai kecil di bawah persawahan. Untuk menuju ke lokasi tersebut, masyarakat dapat melalui jalur yang sudah dikeraskan.
Lokasi Wisata
Lingkungan di sekitar mata air pun masih terjaga keasriannya.
Kabid Obyek dan Sarana Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), Surono, mengatakan pihaknya akan mengelola kawasan tersebut sebagai lokasi wisata.
“Sebab kami sedang berupaya untuk membuat kawasan wisata purba di Dayu ini. Tempat wisata tidak hanya di dalam ruangan saja, tapi bisa di luar ruangan. Itulah yang akan kami kembangkan,” kata dia saat ditemui wartawan di Dayu, Rabu.
Dia mengatakan akan memanfaatkan lokasi penemuan fosil-fosil binatan dan manusia purba di Dayu sebagai wahana wisata.
“Sehingga orang dapat mengunjungi lokasi-lokasi tersebut, termasuk mata air tersebut,” kata dia.
Saat ini Disparbud sedang bekerja sama dengan pemerintah desa setempat untuk melakukan pendataan lokasi-lokasi penemuan fosil.
“Kemungkinan ada sekitar 40 lokasi,” kata dia.