SOLOPOS.COM - Pengunjung objek wisata Grojogan Sewu, Tawangmangu, berdesakan di sekitar lokasi air terjun, Sabtu (18/7/2015). (JIBI/Solopos/Dok.)

Wisata Karanganyar ini terkait persaingan antara hotel dan home stay di kawasan Tawangmangu.

Solopos.com, KARANGANYAR – Aliran uang dari para wisatawan selama masa libur panjang pekan lalu belum mengalir secara merata kepada pelaku usaha di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Uang dari wisatawan hanya mengalir deras ke kantong pebisnis kelas kakap yang berasal dari luar Tawangmangu. Sedangkan warga lokal hanya mendapatkan sisa-sisa dari potensi pendapatan itu.

Tokoh masyarakat Tawangmangu, Karwadi, mengatakan bisnis rumah penginapan dan home stay kelas melati tak seramai hotel dan penginapan mewah. Hingga beberapa hari mendekati masa libur panjang pekan lalu masih banyak kamar penginapan kosong.

Di sisi lain kamar-kamar hotel dan vila kebanjiran tamu kendati tarif telah dinaikkan. “Yang kebanjiran tamu pada masa libur panjang ini adalah pengusaha hotel kelas atas. Home stay milik warga setempat masih banyak yang kosong,” tutur dia, pekan lalu.

Politikus Partai Demokrat tersebut mengakui fasilitas yang disediakan penginapan atau home stay tak sebaik hotel. Hotel menyediakan kamar yang lebih luas, landscape yang menarik, dan fasilitas mandi air hangat. Tapi dia menilai fenomena tersebut tak adil.

Dia mendesak Pemkab Karanganyar turun tangan untuk melindungi usaha home stay warga lokal. “Masyarakat lokal yang tinggal di dekat objek-objek wisata harus bisa mendapatkan nilai tambah untuk meningkatkan derajat kesejahteraan mereka,” imbuh Karwadi.

Menurut dia jumlah rumah penginapan dan home stay kelas menengah ke bawah yang dikelola warga cukup banyak. Rumah-rumah penginapan tersebut menurut dia terdapat di beberapa kelurahan dan desa, tapi yang paling banyak di Kelurahan Tawangmangu.

Penuturan senada disampaikan Sardi, 60, warga Tawangmangu. Menurut dia beberapa tahun terakhir usaha rumah penginapan dan home stay di wilayahnya lesu. Jumlah tamu penginapan pada musim libur panjang seperti tahun baru, tak lagi seramai dulu.

Menurut dia tren penurunan jumlah tamu terjadi sejak menjamurnya hotel-hotel mewah yang menawarkan fasilitas lebih. Selain itu selisih tarif sewa kamar antara hotel dengan penginapan warga tak begitu besar. “Sepi mas, beberapa tahun terakhir ini selalu sepi,” tutur dia.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar, Tarsa, mengatakan pihaknya tak punya kewenangan mengatur tarif hotel. Dia hanya menyatakan yang berlaku dalam situasi tersebut adalah hukum pasar, kompetisi antarpelaku usaha.

Bila pelaku usaha home stay ingin bersaing dengan hotel, menurut Tarsa, harus melakukan pembenahan. “Kalau mau eksis ya harus berbenah diri. Konsumen kan pasti mencari tempat yang aman, nyaman, dan adanya fasilitas yang dibutuhkan,” kata dia.

Lebih jauh Tarsa mengatakan belum ada home stay yang berstatus legal atau berizin. Tapi sudah ada rencana pembahasan ihwal nasib home stay oleh pihak terkait. “Soal home stay ini menjadi kewenangan BPMPTSP Karanganyar,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya