SOLOPOS.COM - Candi Cetha (JIBI/Solopos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KARANGANYAR — Meski berada di ketinggian 1.496 meter di atas permukaan laut, kemonceran Candi Cetha tak perlu diragukan lagi. Candi peninggalan Hindu ini memiliki sejuta pesona yang dapat dirasakan setiap  wisatawan domestik dan mancanegara.

Pada momen-momen tertentu, seperti Sura, Candi di lereng Gunung Lawu ini sering menerima “tamu agung”. Rata-rata pengunjung Candi Cetha yang mencapai ratusan orang itu melakukan ritual adat kejawen di candi yang memiliki panjang 190 meter dan lebar 30 meter ini. Di luar momen tersebut, terutama saat mengisi waktu liburan sekolah dan libur kerja, warga Soloraya dan sekitarnya juga sering berbondong-bondong ke candi yang terdiri atas 13 teras ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Untuk mencapai Candi Cetha, setiap pengunjung harus melalui jalan berkelok dan terjal. Dengan mengendarai kendaraan roda dua atapun roda empat, wisatawan akan menikmati pesona perbukitan yang asri. Saat mencapai di pintu masuk Candi Cetha, pengunjung akan mendapatkan pemandangan elok berupa hamparan alam berwarna hijau.

Pada saat seperti, pengunjung Candi Cetha mulai merasakan sensasi sebuah lokasi yang berada di atas awan. Udara sejuk semakin memanjakan setiap pengunjung agar tidak segera beranjak dari Candi Cetha. Seringkali, pengunjung di candi ini seolah lupa dengan waktu saat menikmati pemandangan alam.

Di candi ini, setiap pengunjung akan menemukan sebuah prasasti dengan huruf Jawa kuno di dinding gapura teras VII yang berbunyi “pelling padamel irikang buku tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku 1397 Saka”. Tulisan itu ditafsirkan sebagai peringatan pendirian tempat peruwatan atau tempat untuk membebaskan diri dari kutukan dan didirikan 1397 Saka (1475 M).

Fungsi Candi Cetha adalah tempat ruwatan yang dapat dilihat dari simbol atau mitologi di setiap arca yang terpampang di sekitar candi. Salah satu simbol yang terkenal di candi ini berupa simbol penggambaran phallus dan vagina yang dapat ditafsirkan sebagai lambang penciptaan atau kelahiran kembali setelah dibebaskan dari kutukan. Di candi ini juga dapat ditemui dengan gampang, beberapa arca, seperti arca garuda dan kura-kura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya