SOLOPOS.COM - Pengunjung objek wisata Grojogan Sewu, Tawangmangu, berdesakan di sekitar lokasi air terjun, Sabtu (18/7/2015). (JIBI/Solopos/Dok.)

Wisata Karanganyar dinilai tak berkembang signifikan padahal potensinya besar.

Solopos.com, KARANGANYAR – Kalangan legislator menilai pengembangan sektor pariwisata di Karanganyar beberapa tahun terakhr dinilai jalan di tempat atau tak mengalami progres signifikan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal itu terlihat dari kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata hanya sekitar Rp1 miliar, padahal target PAD tahun ini sebesar Rp218 miliar.

Ketua Komisi B DPRD Karanganyar, Tony Hatmoko, Selasa (24/11/2015), menilai Pemkab tak kreatif dan kurang berani dalam menggarap potensi alam Gunung Lawu untuk pengembangan pariwisata.

“Selama bertahun-tahun sektor pariwisata kita seperti berjalan di tempat. Tidak ada konsep yang matang dan komitmen nyata Pemkab dalam pengembangan sektor pariwisata. Pemkab mandul dan tidak punya kreativitas,” ujar dia.

Ketua DPC PKB Karanganyar tersebut meminta Pemkab Karanganyar belajar dari Pemkot Kota Batu di Malang, Jawa Timur, dalam pengembangan pariwisata. Menurut dia banyak lahan potensial di lereng Gunung Lawu yang bisa digarap serius.

Untuk diketahui, PAD Kota Batu yang baru berusia 12 tahun mencapai Rp700 miliar per tahun, 80 persen di antaranya dari pariwisata.

Pendapat senada disampaikan Wakil Ketua DPRD Karanganyar, Eko Setiyono. Menurut dia belum ada gebrakan Pemkab di bidang pariwisata. 

Politikus Partai Golkar itu menilai sumber daya manusia (SDM) SKPD yang mengurusi pariwisata tak cakap. Sehingga, dia menilai perlunya Pemkab menggandeng ahli untuk menyusun desain pengembangan ke depan.

“Kalau dengan kondisi yang ada kita belum mampu menyusun desain pengembangan pariwisata, jangan sungkan menggandeng ahlinya. Potensi pariwisata kita besar sekali, perlu kajian mendalam untuk pengembangan,” kata dia.

Eko menilai Karanganyar belum mempunyai ciri khas atau produk khusus yang bisa menjadi ikon daerah.

Sekretaris Daerah (Sekda) Karanganyar, Samsi, mengakui branding pariwisata Karanganyar belum optimal. Salah satunya belum adanya ikon atau produk khusus makanan atau kuliner.

“Kelemahan Karanganyar selama ini di sini,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya