SOLOPOS.COM - Perwakilan dari Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) Malia Sayuti yang juga menjabat sebagai Direktur Ata Travel Services (kiri) dan Ketua Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) DIY Istidjab M. Danunagoro (dua kiri) menjadi narasumber dalam program acara Suara Kepatihan Radio Starjogja FM, Selasa (14/2/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Wisata Jogja akan lebih beragam jika Bandara Kulonprogo selesai dibangun

Harianjogja.com, JOGJA-Keberadaan bandara baru di Kulonprogo akan menambah jumlah wisatawan domestik dan mancanegara. Pelaku usaha di bidang pariwisata pun tergerak untuk membuat paket wisata yang lebih bervariatif.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Perwakilan Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) Malia Sayuti yang Direktur Ata Travel Services mengatakan adanya New Yogyakarta International Airport (NYIA) akan membuka peluang besar adanya penerbangan langsung (direct flight) dari luar negeri.

Selama ini, direct flight ke Bandara Adisutjipto hanya dari Malaysia dan Singapura. Harapannya saat NYIA yang memiliki runway lebih panjang dan lebar ini sudah beroperasi, pesawat berbadan besar dari seluruh negara di Asia, Eropa, Australia, dan Amerika bisa masuk. Imbas dari pembangunan itu tak lain adalah menambah jumlah wisatawan datang ke Jogja.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dari situ, Asita akan create paket yang lebih beragam. Kami akan lebih kreatif. Kalau saat flight ke Adisutjipto kami hanya fokus Prambanan, besok [saat NYIA sudah beroperasi] bisa kami larikan ke Ambarawa atau Borobudur juga,” katanya saat menjadi narasumber dalam program acara Suara Kepatihan Radio Starjogja FM di ruang rapat Harianjogja.com, Selasa (14/2/2017).

Jangkauan area wisata akan semakin luas dengan adanya NYIA tersebut. Meski demikian, Asita tetap akan mengondisikan agar wisatawan tetap menginap di Jogja.

Semakin banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Jogja membuat Asita dan pelaku industri wisata lainnya dituntut untuk memahami karakter wisatawan dari masing-masing negara. Seperti wisatawan dari India, mereka lebih suka berwisata ke candi-candi.

Orang Malaysia suka belanja dan keraton. Orang Eropa suka budaya, dan orang Singapura atau Australia suka belajar menari dan kesenian lainnya sehingga lama tinggal di Jogja bisa sampai seminggu. Pemahaman itu yang sedari dini harus dipersiapkan oleh kalangan Asita dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan pada wisatawan, terutama mancanegara.

Sementara itu Ketua Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) DIY Istidjab M. Danunagoro mengatakan, meski NYIA akan berdampak pada kunjungan ke obyek wisata di Jawa Tengah seperti Borobudur, wisatawan pasti akan tetap melirik untuk mengunjungi Jogja karena posisi bandara berada di wilayah DIY.

“Kita yakin, orang yang ke Borobudur pasti pengen lihat Jogja. Jogja harus dikenalkan sebagai kota budaya, pendidikan, dan pariwisatanya,” tuturnya dalam program acara tersebut.

Ia mengatakan, Kota Jogja dan Sleman sudah mengalami oversupplay kamar. Sementara di Kulonprogo sebagai lokasi NYIA sendiri belum ada satu pun hotel berbintang di situ. Oleh karena itu, PHRI mendorong investor hotel bintang yang sudah ada di Jogja dan Sleman untuk menanamkan modalnya di wilayah tersebut. “Kami dorong [hotel] yang bintang ini untuk buka cabang di Kulonprogo,” tuturnya.

Ia mengakui, sampai sekarang belum ada investor yang ingin membangun properti akomodasi di situ. Menurutnya, NYIA akan sama nasibnya dengan Bandara Soekarno-Hatta di mana pembangunan hotel tidak terjadi bersamaan dengan pembangunan proyek bandara melainkan baru terjadi 10 tahun setelah bandara beroperasi.

Investor akan melihat terlebih dulu prospek bisnis akomodasi di wilayah bandara sebelum akhirnya mengembangkan bisnis di lokasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya