SOLOPOS.COM - Ratusan warga pesisir Pantai Sadeng, Girisubo, mengiringi ubo rampe. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Solopos.com, CILACAP–Pesona wisata Jawa Tengah tak kalah saing. Ribuan warga dari berbagai daerah menyaksikan prosesi gelar budaya sedekah laut di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (7/11/2014).

Dari pantauan, ribuan warga tampak memadati sejumlah ruas jalan yang dilalui prosesi sedekah laut meskipun harus basah kuyup akibat hujan yang mengguyur Kota Cilacap sejak pagi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Oleh karena itu, jumlah warga yang menyaksikan gelar budaya yang digelar setiap tahun pada hari Jumat Kliwon di bulan Sura atau Muharam tersebut tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Gelar budaya sedekah laut diawali dengan sendratari yang menggambarkan sosok Adipati Cakrawerdaya III (Bupati Cilacap ke-3, red.) yang memerintahkan para nelayan untuk menggelar sedekah laut sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan
rahmat-Nya selama ini.

Dalam sendratari tersebut, sosok Adipati Cakrawerdaya III dalam prosesi tersebut diperankan oleh Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji.

Adipati Cakrawerdaya III selanjutnya mewisuda Tumenggung Duta Pangersa sebagai pemimpin arak-arakan sesaji menuju Pantai Teluk Penyu.

Sebelum arak-arakan sesaji tersebut dimulai, terlebih dahulu dilakukan “seserahan” (penyerahan) sesaji berupa “jolen tunggul” (tempat sesaji) dari pemerintah kepada nelayan.

Setelah prosesi tersebut, arak-arakan yang terdiri iring-iringan “jolen tunggul” yang mewakili pemerintahan dengan pengawalan puluhan prajurit, barisan pembawa umbul-umbul, dua kereta kuda, dan iring-iringan sembilan “jolen” yang mewakili satu rukun nelayan dan delapan kelompok nelayan se-eks Kota Administratif Cilacap diberangkatkan dari Pendopo Wijayakusuma Sakti menuju Pantai Teluk Penyu.

Iring-iringan tersebut juga diikuti barisan berbagai kesenian tradisional yang berkembang di Cilacap.

Sementara sosok Adipati Cakrawerdaya III menunggang kereta kuda tanpa atap (terbuka, red.) saat menuju lokasi pelarungan di Pantai Teluk Penyu.

Sesampainya di Pantai Teluk Penyu, seluruh “jolen” tersebut segera diserahkan kepada juru larung yang dilanjutkan dengan doa kepada Tuhan YME sebagai wujud syukur dan permohonan keselamatan kepada-Nya.

Di saat itu pula, hujan yang turun sejak pagi pun reda sehingga prosesi pelarungan sesaji dapat berjalan lancar.

Dalam hal ini, seluruh “jolen” berisi sesaji dibawa menggunakan perahu ke Pulau Majeti di selatan Pulau Nusakambangan untuk dilarung di sana dengan diiringi ratusan perahu nelayan.

Kegiatan sedekah laut merupakan tradisi tahunan yang sudah berlangsung sejak zaman pemerintahan Adipati Cakrawerdaya III pada tahun 1817.

Namun, tradisi tersebut sempat terhenti dan dihidupkan kembali semasa Bupati Poedjono Pranjoto pada tahun 1982 hingga sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya