SOLOPOS.COM - Para pedagang diberi pembinaan dan motivasi agar tetap semangat seusai bekerja bakti di tempat wisata Pasar Doplang, Desa Pandan, Kecamatan Slogogohimo, Wonogiri, belum lama ini. Tempat wisata kuliner tradisional itu ditutup sementara hingga batas waktu yang belum diketahui. (istimewa/Abdul Wahib Ahmadi)

Solopos.com, WONOGIRI — Pengelola sejumlah wisata desa di Wonogiri merelakan kehilangan potensi pendapatan selama lima bulan terakhir yang diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

Hal itu lantaran tempat wisata ditutup sementara sejak Maret 2020 lalu untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19). Pengelola tempat wisata kuliner Desa Pandan, Kecamatan Slogohimo, Pasar Doplang, Abdul Wahid Ahmadi, menyampaikan belakangan ini sudah sangat banyak warga ingin segera berwisata kuliner di Pasar Doplang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka sering menanyakan kapan tempat wisata yang “mengharamkan” plastik itu dibuka. Dengan berat hati pengelola harus menjawab wisata di lahan seluas 3.500 m2-4.000 m2 tersebut masih ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Jadwal Pemadaman Listrik di Solo, Sragen & Karanganyar, Kamis (18/6/2020)

Abdul menegaskan pihaknya akan mengikuti kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri. Selama Bupati, Joko Sutopo, belum mencabut surat edaran (SE) penutupan tempat wisata atau menerbitkan surat baru yang menerangkan tempat wisata boleh dibuka, Pasar Doplang tetap akan ditutup.

“Pedagang juga sudah banyak bertanya kapan Pasar Doplang buka lagi. Mereka enggak sabar pengin berjualan di Pasar Doplang lagi karena kondisi ekonomi semakin sulit. Pedagang memang sangat terdampak,” kata Abdul saat dihubungi Solopos.com, Rabu (17/6/2020),

Dia melanjutkan pedagang dan pengelola harus merelakan potensi pendapatan akhir Maret-pertengahan Juni yang hilang selama Pasar Doplang ditutup. Berdasar penghitungan kasar potensi pendapatan yang hilang lebih kurang Rp500 juta.

Mudik dari Cikarang, Bakul Mi Ayam di Wonogiri Positif Covid-19

Potensi pendapatan yang hilang dipastikan bakal lebih tinggi lantaran hingga kini belum diketahui tempat wisata kapan boleh dibuka.

“Setiap momen Lebaran pendapatan yang diperoleh mencapai Rp70 juta/buka. Di hari normal setiap buka pendapatan tertinggi yang pernah diperoleh Rp46 juta, paling sedikit Rp22 juta. Karena potensi pendapatan hilang cukup tinggi wajar jika pedagang terdampak, sehingga pengin secepatanya bisa berdagang lagi,” imbuh Abdul.

Kerja Bakti

Pengelola meminta pedagang bersabar. Mereka diajak bekerja bakti membersihkan tempat wisata. Cukup banyak sarana, seperti lapak pedagang, rusak karena dimakan rayap.

Area pasar yang terletak di kawasan persawahan itu kotor karena banyak dedaunan jatuh dan rumput. Kerja bakti dilaksanakan secara berkala dan memperhatikan protokol pencegahan penularan Covid-19.

Lagi Viral! Uang Koin Rp1.000 Kelapa Sawit Dijual Hingga Rp100 Juta

Sementara itu, Kepala Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Sukamto, menginformasikan potensi pendapatan yang hilang selama wisata Watu Cenik dan Puncak Joglo tutup lebih dari Rp200 juta. Biasanya saat momen Lebaran pendapatan yang diraup mencapai Rp100 juta.

Pada hari biasa pendapatan puluhan juta rupiah setiap pekan. Dia tak mempermasalahkannya karena penutupan dilakukan demi keselamatan bersama. Meski tutup pengelola rutin mengecek. Jika ada sarana yang rusak segera diperbaiki.

Sebelumnya, Bupati mengingatkan pengelola wisata desa tetap menutup tempat wisata. Peringatan itu disampaikan untuk merespons pandangan masyarakat yang menganggap saat ini sudah normal. Padahal, Covid-19 masih menjadi ancaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya