SOLOPOS.COM - Petani menjaring ikan di Waduk Bade, Kecamatan Klego, Boyolali, Senin (16/9/2013). Volume air waduk tersebut mulai menyusut drastis pada musim kemarau ini. (Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)

 Solopos.com, BOYOLALI–Sejumlah warga Kecamatan Klego menyesalkan tindakan Pemerintah Kabupetan (Pemkab) Boyolali yang tidak serius menjadikan Waduk Bade di sekitar mereka sebagai tempat wisata.

Salah seorang warga RT 005/RW 005 Desa Bade, Sudardi, 62, mengatakan Pemkab hanya membangun sejumlah pos di berbagai titik di sekitar waduk sebagai fasiltas penujang wisata. Pos tersebut digunakan sebagai tempat pembayaran atau retribusi pengunjung yang hendak masuk wilayah Waduk Bade.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Sudah ada pos untuk ditempati pengelola waduk. Tapi tetap itu fasilitas untuk pengelola bukan pengunjung. Jadi sebenarnya tidak ada fasilitas yang khusus sebagai sarana penunjang agar Waduk Bade bisa jadi tempat wisata,” kata Sudardi saat dijumpai Solopos.com di sekitar Waduk Bade, Jumat (5/9/2014).

Sudardi menilai Waduk Bade berpotensi sebagai tempat wisata karena menyajikan pemandangan alam yang cukup indah. Namun, pemandangan saja tidak bisa dijadikan sebagai modal penjualan atau promosi Waduk Bade agar terus dapat dikunjungi wisatawan.

“Pemandangan Waduk Bade bagus namun saya yakin lama-lama masyarakat yang sering menyaksikan akan bosan. Kondisi tersebut bisa berubah jika ada perubahan kondisi di sekitar waduk. Misalnya, saya menilai perlu ada taman bermain untuk menarik perhatian masyarakat luas,” ujar Sudardi.

Wisatawan

Senada dengan Sudardi, salah satu pengelola Waduk Bade, Joko Susanto, 30, mengatakan tidak ada hal yang istimewa sebagai daya tarik wisatwan untuk berkunjung ke Waduk Bade selain pemandangan. Masyarakat yang datang ke waduk hanya menikmati pemandangan panorama air.

“Selain menikmati pemandangan ada juga dari pengunjung yang datang untuk memancing. Jadi memang kondisi waduk seadanya. Tidak seperti Waduk Gajah Mungkur yang mampu menyedot banyak pengunjung dengan berbagai sarana penunjang wisata yang mereka miliki. Ya, minimal kami perlu ada taman outbond dan kolam renang,” kata Joko.

Pantauan Solopos.com, Jumat siang, kondisi Waduk Bade sepi. Hanya terlihat aktivitas beberapa orang yang sedang menjaring ikan dan memancing di sekitar waduk. Selain itu, tampak juga sejumlah petani berada di sawah di sekitar waduk tersebut.

“Pengunjung mulai datang sore hari. Namun, mereka juga hanya masyarakat sekitar waduk. Jadi mereka tidak membayar retribusi. Jalan masuk ke wilayah waduk kan juga akses kampung. Jadi saya hanya bisa memperkirakan, apabila yang datang orang asing, saya coba tetap tarik retribusi. Tapi selama ini ya sepi-sepi saja pengnjung,” imbuh Joko.

Jumlah pengunjung dalam sehari, lanjut Joko, rata-rata paling banyak hanya terdiri dari 8 motor sampai 10 motor. Dari jumlah tersebut, pengelola mampu mengantongi omzet dari retribusi sebesar Rp40.000.

“Apabila Waduk Bade dijadikan tempat wisata sebenarnya bukan hanya menguntungkan pengelola tapi masyarakat sekitar. Semua berkesempatan untuk memperoleh kerja. Bisa sebagai pengelola atau menjajakan makanan ke pengunjung. Memang menjadi harapan banyak masyarakat Waduk Bade bisa ramai,” kata Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya