SOLOPOS.COM - Warga Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali mengusung gunungan tembakau dan hasil bumi dalam kirab rangkaian acara Festival Tungguk Tembakau di desa setempat, Kamis (3/8/2017). (Akhmad Ludiyanto/JIBI/Solopos)

Wisata Boyolali, upacara Tungguk Tembakau digelar di Selo.

Solopos.com, BOYOLALI — Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Selo merupakan salah satu daerah penghasil tembakau. Komoditas ini tumbuh dengan baik di lereng Gunung Merapi dan Merbabu yang sebagian wilayahnya masuk Boyolali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak heran jika sebagian besar masyarakatnya memilih bertani tembakau sebagai mata pencaharian, selain bertanam sayur mayur. Sebagian warga memadukan kedua komoditas dalam satu ladang dengan sistem tumpangsari.

Namun tumbuh kembang tembakau ini dipengaruhi cuaca. Tembakau ini akan tumbuh subur dan berkualitas baik jika lahannya tidak terlalu banyak terguyur air hujan. Sebaliknya, jika dalam masa tanam hingga panen terlalu banyak hujan, maka tembakau akan berkualitas rendah.

Seperti yang terjadi pada 2016, hasil panen tembakau tidak menggembirakan karena pada musim kemarau tidak sepenuhnya kering, bahkan masih selalu terjadi hujan. Sementara pada tahun ini, meski musim kemarau masih diguyur hujan, namun intensitasnya tidak terlalu sering. Sehingga tembakau yang dipetik pada musim panen kali ini berkualitas baik.

 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menunjukkan daun tembakau yang baru dia petik sebagai simbol dimulainya musim panen di Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali, Kamis (3/8/2017). (Akhmad Ludiyanto/JIBI/Solopos)


Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menunjukkan daun tembakau yang baru dia petik sebagai simbol dimulainya musim panen di Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali, Kamis (3/8/2017). (Akhmad Ludiyanto/JIBI/Solopos)

Petani pun merasa gembira karena tembakau berkualitas ikut mengerek harga jual ke gudang selaku penyerap tembakau. Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang bagus itu, warga Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali, menggelar panen raya yang dirangkai dengan kegiatan seni budaya yang dinamakan Tungguk Tembakau.

Salah satu sesepuh desa yang terletak di lereng Merbabu ini, Suraji mengatakan, acara tersebut sekaligus sebagai doa agar selama masa panen yang berlangsung Agustus-September berjalan baik dan cuaca tetap bersahabat.

“Kami sangat bersyukur karena panen kali ini lebih bagus dari tahun lalu,” kata dia di sela-sela acara, Kamis (3/8/2017).

Petani lain, Purwanto, 48 mengatakan harga tembakau rajang kering-rajangan nanti diharapkan tembus Rp70.000 per kilogram. “Semoga nanti harganya stabil Rp70.000 per kilogram atau lebih,” kata petani asal Dukuh Munthuk ini.

Sementara petani asal Dukuh Tegalsari, Suyono, 42, dengan harga jual tersebut petani sudah mendapatkan keuntungan yang lumayan. “Dengan harga segitu, biaya untuk membayar bibit, obat, dan operasional sudah ketutup dan kami masih untung lumayan.”

Sementara itu, acara yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu dimeriahkan dengan pawai hasil bumi dari kebun tembakau menuju Dukuh Brajan yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Ganjar dalam kesempatan itu berpesan agar hasil penjualan tembakau dapat dimanfaatkan dengan baik dan sebagian ditabung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya