SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang ikan laut di Pasar Depok, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Minggu (1/1/2016) pagi. (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Berawal dari banyaknya keluhan pengunjung terkait mahalnya harga makanan di kawasan pantai selama masa liburan, sejumlah pedagang di kompleks Pantai Depok berkomitmen

 
Harianjogja.com, BANTUL-Berawal dari banyaknya keluhan pengunjung terkait mahalnya harga makanan di kawasan pantai selama masa liburan, sejumlah pedagang di kompleks Pantai Depok berkomitmen menghapus budaya aji mumpung tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka bahkan menyiapkan posko pengaduan jika ada pengunjung yang merasa dirugikan dengan harga makanan yang dinilai terlalu tinggi dan tidak sama dengan pedagang lainnya.

Salah satu pengelola rumah makan yang ada di kompleks Pantai Depok, Dardi Nugroho mengklaim, sejauh ini pihaknya tidak pernah memanfaatkan momentum liburan untuk mendulang keuntungan berlipat ganda dengan menaikkan harga makanan terlalu tinggi. Sejak awal pihaknya sudah sepakat untuk menjaga kepercayaan pengunjung.

Meski begitu, ia merasa tetap perlu membuat komitmen di kalangan pedagang. Pasalnya, bukan tidak mungkin potensi kenakalan pedagang itu masih saja bisa terjadi.

“Jika ada pengunjung yang merasa dirugikan, silakan lapor kepada kami. Kami akan tindak pedagang yang nakal. Ini demi kebaikan nama Pantai Depok sendiri,” tegasnya saat ditemui di rumah makan miliknya, Senin (19/6/2017).

Namun, saat ditanya mengenai harga ikan di pasar Depok, pria yang akrab disapa Dargon itu tak bisa memastikan. Pasalnya, dengan kondisi cuaca yang cukup ekstrim beberapa pekan terakhir, pencarian ikan oleh nelayan terbilang susah. Tak heran jika hingga kini harga ikan laut terus merangkak naik. “Meski masih terjangkau sih,” tambahnya.

Kendati begitu, dirinya berani menjamin bahwa kualitas ikan yang dijual di pasar pantai Depok juga terjamin kualitasnya. Sementara terkait dengan peristiwa rusaknya sejumlah warung di Pantai Depok, diakuinya kini sudah mulai diperbaiki.

Dengan begitu, pada saat liburan Lebaran semua sudah normal. “Soal adanya kerusakan sejumlah rumah makan yang rusak itu sudah tidak ada masalah. Perbaikan sudah dilakukan untuk menjaga kenyamanan wisatawan,” ujar Dardi Nugroho.

Terpisah, Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul Kwintarto Heru Prabowo sebelumnya menegaskan bahwa selama liburan lebaran pihaknya memang berharap kepada semua pemilik jasa usaha pariwisata di sejumlah objek wisata untuk tidak menaikkan harga dagangannya.

Jika hal itu terjadi, ia khawatir akan mengurangi kepercayaan pengunjung terhadap pengelolaan pariwisata di Bantul. “Kalau pengunjung tidak percaya lagi, toh mereka sendiri [pedagang] yang rugi kan,” katanya.

Terpisah, Andini, salah satu wisatawan asal Sleman membenarkan adanya pedagang yang memanfaatkan momentum lebaran untuk memasang harga makanan terlampu tinggi. Mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Sleman itu mengalaminya saat libur Lebaran tahun lalu.

Ketika itu, kisahnya, ia yang tengah berwisata ke salah satu pantai yang ada di Bantul. Setelah makan siang di salah satu rumah makan yang terletak di kompleks pantai tersebut, dirinya terkejut lantaran harus membayar harga makanan yang tak sesuai dengan yang tertulis di daftar menu. “Masa satu porsi ikan bakar, harganya bisa hampir Rp50 ribu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya