SOLOPOS.COM - Wisatawan bermain dan berenang saat berkunjung ke Pantai Parangtritis, Bantul, (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Wisata Bantul di Pantai Parangtritis tercoreng dengan adanya kabar praktek prostitusi di kios-kios yang mangkrak

Harianjogja.com, BANTUL-Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta satuan kerja perangkat daerah setempat menghidupkan kios di kawasan Pantai Parangtritis yang saat ini tidak difungsikan.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Anggota Komisi B DPRD Bantul, Suradal mengatakan, ratusan kios di kawasan Parangtritis mangkrak, bahkan saat meninjau ke lokasi beberapa waktu lalu kondisinya memprihatinkan padahal untuk pembangunan butuh dana besar.

“Dinas terkait harus segera membuat perencanaan untuk menghidupkan kawasan itu [kios Parangtritis], padahal dana yang dikeluarkan untuk pembangunan sekitar Rp19 miliar, ini tidak kecil. Dan jangan lupa, ini adalah uang rakyat,” katanya, baru-baru ini.

Menurut dia, bahkan yang lebih memprihatinkan, banyak beredar kabar kawasan tersebut sering dimanfaatkan oleh wanita penjaja seks untuk mangkal, sehingga jika pemandangan ini dibiarkan, bisa berkembang dan mencoreng citra kawasan itu.

“Kabar yang beredar begitu [untuk mangkal wanita penjaja seks], akan tetapi tepatnya saya juga belum tahu,” kata wakil rakyat Bantul dari Fraksi Partai Kembangkitan Bangsa (FPKB) asal Kecamatan Kretek ini.

Sementara itu, salah satu warga kawasan Parangtritis, Sujarwo mengatakan, ratusan kios di kawasan Pantai Parangtritis itu awalnya dibangun untuk merelokasi para pedagang yang berjualan di tepi pantai, namun karena sepi pengunjung membuat pedagang di kios itu pergi.

“Dulu waktu pedagang jualan di tepi pantai, hasilnya lumayan, tetapi setelah dipindah kemari (kios), sangat sepi, bahkan pada hari libur-pun belum tentu ada yang merambah tempat ini,” katanya, seperti dikutip dari Antara.

Menurut dia, tujuan relokasi untuk menata pedagang kawasan pantai tersebut sangat baik, hanya saja hal itu tidak diimbangi dengan perancangan yang matang, terutama mengembangkan kawasan dengan promosinya.

Akibatnya, kata dia, para pedagang justru seakan menjadi terisolasi, padahal kawasan tersebut terdapat lahan luas yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pemberhentian kendaraan wisata atau parkir mobil dan bus pariwisata.

“Kalau pemerintah mau mengarahkan parkir wisata Parangtritis ke wilayah ini, pasti bisa lebih ramai, tapi ketika parkir di Parangtritis penuh, kendaraan justru parkir di pinggir jalan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya