SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wisata alternatif kini banyak diminati.

Harianjogja.com, DENPASAR-Pariwisata Indonesia tidak cukup mengandalkan objek wisata alam atau budaya. Diperlukan wisata alternatif untuk memberikan keunikan dan mencegah pasar merasa jenuh.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Bali, Nyoman Wardaman menyampaikan orang Bali memiliki keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Budaya dan agama yang kuat disebutnya menjadi ciri khas yang dapat dipakai untuk “dijual” di pasar internasional.

Menurut dia kekuatan ini dapat dikembangkan lebih luas untuk menghindari kejenuhan pasar. Misalnya saja dengan mengembangkan wisata lansia yang cocok dengan budaya, alam dan adat Bali.

“Akan kembangkan wisata lansia, kegiatan yang potensial. Supaya pensiunan dari seluruh dunia bisa ke Bali,” jelasnya saat menerima kunjungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Media DIY ke Pemerintah Provinsi Bali, Rabu (27/1).

Sport tourism disebutnya juga dapat digarap, baik untuk cabang olahraga (cabor) golf, tenis lapangan, gulat dll. Adapun Bali juga memiliki aneka tradisional yang dapat diperkenalkan ke wisatawan dalam dan luar negeri.

Petualangan wisata alam yang dikemas berbeda seperti eco-toursim saat ini juga tengah menjadi tren. Diversifikasi ini dapat memberikan daya tarik baru.

“Kita bisa bilang, kalau belum coba semua, berarti belum ke Bali. Daripada mereka ulang dari pertama? Mending sekali tapi dicoba semua sehingga mereka puas. Saat mereka mau pulang, baru dibilang kalau wisata yang kemarin-kemarin basi, ada yang baru lagi. Meski sebenarnya bukan baru-baru banget,” terangnya.

Wisata alternatif lain yang kini digarap serius pemerintah provinsi Bali ialah pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali Mandara. Rencana 2-3 tahun ke depan, rumah sakit ini sudah beroperasional. Lokasi rumah sakit ini berada di sekitar bandara Ngurah Rai, Bali.

“Rumah Sakit ini diharapkan bisa segera teralisasi untuk mewadahi masyarakat. Jadi yang sakit tak perlu jauh-jauh ke Singapura,” urai dia.

Meski bertaraf internasional, bukan berarti pasien yang dilayani merupakan wisatawan mancanegara tetapi juga penduduk setempat. Warga miskin disebutnya juga tetap akan mendapat prioritas lantaran Pemerintah Provinsi Bali tengah menekan angka kemiskinan.

Pengamat kuliner dan wisata, Bondan Winarno, menilai wisata kuliner di Indonesia tak akan habis dieksplorasi.

“Contoh paling gampang. Semarang objek wisata apa? Lawang Sewu, akeh setanane (banyak hantunya), pantai panas adoh (jauh). Kalau saya kasih daftar malamam 20 tempat, tiga hari enggak habis,” ujarnya saat ditemui di Kintamani, Bangli, Bali.

Adapun kota besar di Indonesia juga memiliki banyak kekayaan kuliner. Menurut dia, 10 kota saja serius membidik wisata alternatif ini, 20 juta menu dapat menjadi pilihan yang tak akan habis dijajal wisatawan.

“Apalagi Jogja, kulinernya sangat kaya,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya