SOLOPOS.COM - Perajin jam tangan dari limbah kayu, Suwanto mengamati hasil karyanya di Gilangsari, Pereng, Prambanan, Sabtu (19/3/2016). Saat ini, jam tangan hasil buatannya hanya dipasarkan di Solo, Bandung, dan Kalimantan. Hal itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mampu menembus pasar Amerika Serikat.

Wirausaha Klaten, akibat tak bisa menembus pasar AS, pengrajin jam tangan kayu kelimpungan.

Solopos.com, KLATEN–Pengrajin jam tangan yang terbuat dari limbah kayu di Gilangsari, Pereng, Prambanan kelimpungan lantaran tak mampu lagi menembus pasar Amerika Serikat. Akibatnya, produksi jam tangan dari limbah kayu itu juga menurun drastis dibandingkan beberapa tahun lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengajin jam tangan dari limbah kayu di Pereng, Suwanto, 43, mengatakan masa kejayaan jam tangan kayu yang digelutinya berlangsung pada 2011. Waktu itu, dirinya mampu membuat ribuan jam tangan dari limbah kayu yang dipasarkan ke Amerika Serikat. Namun, masa kejayaan itu berangsur surut karena hasil kerajinannya tak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan buyer dari Amerika Serikat.

Ekspedisi Mudik 2024

“Produksi jam tangan dari limbah kayu untuk di kirim ke Amerika Serikat sudah berhenti sejak setahun terakhir. Penyebabnya, spesifikasi yang diinginkan buyer asal Amerika Serikat selalu berubah-ubah. Misalnya, saya di-order membuat jam warna merah, ternyata yang lagi laku warna kuning. Sementara, saya sudah produksi hingga ribuan. Kalau barang dikembalikan, saya rugi sendiri. Makanya, saya setop terlebih dahulu,” katanya saat ditemui wartawan di kediamannya, Sabtu (19/3/2016).

Suwanto mengatakan bahan dasar membuat jam tangan dari limbah kayu tidak mahal. Bahan dasar jam tangan buatannya hanya berasal dari limbah kayu di pabrik yang sudah tidak terpakai. Harga satu buah jam tangan buatannya rata-rata senilai Rp1,1 juta-Rp4 juta.

“Bahan baku yang dipakai limbah kayu sonokeling, jati, cendana, gaharu, dan sawo. Harga limbah kayu itu biasanya Rp1.200 per batang [sepanjang 60 cm]. Saat ini, rata-rata produksi jam tangan kayu saya mencapai 20 buah per bulan [bermerek Kowal],” katanya.

Disinggung tentang pemasaran saat sekarang, Suwanto mengatakan hanya memasarkan jam tangan kayunya di Solo, Bandung, dan Kalimantan. Ke depan, Suwanto ingin menambah desain sebelum mengembangkan usahanya.

“Saat ini, saya hanya memiliki satu desain [mirip jam krepyak]. Semoga, dalam waktu dekat ini bisa memiliki lima desain. Sehingga, saat promosi tidak monoton. Untuk promosiya, saya juga menggunakan media sosial (medsos) dan menggandeng pusat cinderamata di Prambanan dan sekitarnya,” katanya.

Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten, Liestyawati, mengatakan pengembangan jam tangan kayu di Pereng merupakan hasil pembinaannya melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Diharapkan, kerajinan di Prambanan dapat terus berkembang agar mampu menyerap tenaga kerja di Kota Bersinar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya