SOLOPOS.COM - Ilustrasi manusia bekakak yang disembelih di upacara adat warga Ungaran, Jawa Tengah. (Suara.com)

Solopos.com, UNGARAN – Ritual sembelih manusia bekakak rupanya masih dilestarikan di Kabupaten Ungaran, Jawa Tengah. Tradisi adat ini salah satunya dilakukan di wilayah Dusun Cemanggal, Kecamatan Bergas, Semarang, Jawa Tengah.

Dusun Cemanggal merupakan kampung tua di Gunung Ungaran atau disebut sebagai tempat yang wingit. Di sana, tradisi sembelih manusia bekakak masih dilakukan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ritual tersebut dilakukan dalam upacara adat yang dilakukan setiap hari Sabtu Pon pada bulan Jumadil Akhir.

"Prosesi kegiatan adat ini adalah rangkaian dari kagiatan kadeso atau ruwatan desa" jelas Koordinator acara Nukhan Dzu Khalimun, Jumat (6/2/2021), seperti dilansir Suara.com.

Baca juga: Bencana di Semarang Telan 3 Nyawa Warga

Setiap tahun warga akan berkumpul di halaman rumah sesepuh desa atau kepala dusun untuk melakukan upacara dalam rangka mensyukuri kesuburan tanah dan hasil Bumi.

Sebelum acara di mulai pada pagi hari, warga telah berkumpul bersama untuk mempersiapkan segala kebutuhan dalam upacara sembelih manusia bekakak.

Setelah seluruh warga berkumpul dan segala kebutuhan dan perlengakapan siap. Seluruh warga akan berjalan bersama melewati jalan dusun dan melewati lereng Gunung Ungaran menuju salah satu sumber mata air keramat yang berada disisi sebelah timur Gunung Ungaran.

"Tepatnya di curug dawang yang berada pada ketinggian sekitar 1500 MDPL gunung ungaran," ujarnya.

Baca juga: Hari Pertama Jateng di Rumah Saja: Belasan Orang Langgar Prokes di Solo Kena Sanksi

Warga akan memikul persembahan berisi nasi, ingkung, sayur gecok, ayam bakar, hingga manusia bekakak menggunakan senek secara bergantian.

"Senek merupakan sebutan warga untuk penampung barang bawaan yang terbuat dari rajutan bambu," sambung dia.

Baca juga: Cerita Sedih Pengelola Objek Wisata di Tawangmangu, Sehari Hanya 2 Pengunjung

Manusia Bekakak

Lantas, apa yang dimaksud dengan ritual sembelih manusia bekakak? Kepala Dusun Cemanggal, Juwanto, mengatakan bekakak adalah simbol dari upacara adat yang terbuat dari wajik ketan dan dibentuk mirip manusia.

Bekakak berjenis kelamin laki laki lengkap dengan juroh atau air tape singkong yang di campur dengan gula aren yang disimbolkan seperti darah.

"Kemudian Bekakak tersebut ditaruh pada tampah besar dan dibawa ke curug dawang untuk selanjutnya akan dilakukan prosesi upacara adat berupa penyembelihan manusia bekakak ini,” imbuhnya.

Baca juga: Cinta Suprapto & Sri Si Peri Penunggu Waduk Lalung Karanganyar

Juwanto menambahkan, bekakak dulunya adalah manusia yang dipersembahkan untuk di-sembelih setiap tahun sebagai wujud bakti dan syukur kepada Tuhan.

Tradisi di Jogja

Dikutip dari budaya.jogjaprov.go.id, ritual sembelih manusia bekakak ternyata juga dilakukan di wilayah DIY.

Upacara bekakak di sana disebut juga dengan tradisi Saparan, karena dilakukan pada bulan Sapar dalam kalender Jawa. Upacara ini digelar atas perintah Pangeran Mangkubumi sebagai bentuk selamatan setiap bulan Sapar.

Baca juga: 3 Orang Ini Diklaim Terkaya di Solo, Siapa Saja Mereka? 

Adapun bekakak merujuk pada korban penyembelihan, baik hewan maupun manusia. Namun, pada upacara Saparan, bekakak yang dipakai adalah manusia tiruan berwujud boneka pengantin dalam posisi duduk yang dibuat dari tepung ketan.

Ritual upacara Bekakak adalah sebuah ritual budaya Jawa asli yang bertujuan mengenang kesetiaan salah satu abdi dalem kesayangan Sri Sultan Hamengku Buwono I bernama Kyai Wirasuta dan Nyai Wirasuta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya