SOLOPOS.COM - Ilustrasi daging olahan bacon (www.chefkristina.com)

WHO merilis pernyataan daging menyebabkan penyakit kanker. Netizen penggemar daging pun protes.

Solopos.com, SOLO – Media sosial bergejolak Selasa (27/10/2015) lalu saat Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan kabar mengejutkan: mengonsumsi daging olahan rupanya memiliki potensi menyebabkan kanker. Tak ayal, gelombang tagar kekecewaan namun kocak langsung memuncaki daftar Trending Topic di laman mikroblogging Twitter.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Meskipun penelitian yang dilansir WHO berlaku pada seluruh jenis daging merah, namun penggemar daging asap bacon adalah yang paling ceriwis di jagat Twitter. Tengok saja selama dua hari berturut-turut sejak Selasa tagar #FreeBacon, #Bacongeddon, dan #JeSuisBacon berbarengan mejeng.

Dalam gelombang tweet itu, rasio kicauan bernada negatif jauh melampaui cuitan bernada positif, sekitar 7 banding 1 pada Senin dan 6,5 banding 1 pada Selasa. Para selebritis, politisi dan penggemar daging lainnya menjadi dalang di balik tagar ini setelah WHO merilis hasil penelitian mereka.

Tweet resmi WHO yang pertama kali mengungkap temuan ini berhasil mengumpulkan 3.040 retweet dan 1.000 bintang favorit. Tweet itu menyatakan daging olahan memiliki sifat karsinogenik (pemicu kanker) pada manusia.

Desainer busana Kenneth Cole lewat akun @mr_kennethcole Selasa berkicau “Gula buruk untuk kalian, karbohidrat buruk, dan sekarang #Bacon, tapi jangan khawatir dengan itu karena (khawatir) buruk juga untuk kalian.”

Menteri pertanian Jerman, Christian Schmidt tak mau ketinggalan. Dalam kicauannya dia menenangkan para penggemar bratwurst, sosis ala Jerman untuk tak terlalu ambil pusing. “Tak ada yang harus khawatir bila mereka makan bratwurst sejak dulu sampai sekarang,” kicaunya.

Kegemparan ini bukan tanpa alasan. Kanker kolon dan rektum dikenal sebagai kanker peringkat kedua yang paling mematikan. Penderita penyakit ini akan mengalami pertumbuhan sel ganas di daerah usus besar dan rektum yang mengganggu jalannya pencernaan dan dalam waktu lama dapat menyebar dan mengganggu fungsi organ lainnya.

Direktur IARC, Christopher Wild lewat rilis resmi menjelaskan, daging merah memiliki nilai nutrisi yang penting dan tak merekomendasikan kita untuk menghindarinya sama sekali. Namun WHO menyarankan kepada badan-badan pemerintahan di masing-masing negara untuk menyeimbangkan risiko dan manfaat mengonsumsi daging dan daging olahan. Selain itu dinas terkait juga mesti bisa memberikan rekomendasi pola makan yang baik.

Andrew Chan, dosen di Harvard School of Public Health mengatakan data yang mendukung hubungan antara daging dan kanker kolon cuku kuat. Karena itulah dia meminta kita untuk berhati-hati dalam mengonsumsi daging.

Meski begitu, Chan mengambahkan kita tak harus menghindari dagign melainkan membatasi asupan daging dalam setiap makanan.

“Rasanya cukup jelas bahwa hubungan antara komsumsi daging dan risiko kanker berkaitan dengan jumlah asupan. Semakin banyak yang dimakan, semakin besar risikonya,” imbuh dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya