Ah-tenane
Jumat, 10 Februari 2012 - 13:04 WIB

Wedi Mokmen

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kisah ini berlangsung saat Lady Cempluk akan berangkat kuliah di sebuah kampus Islam di Solo beberapa waktu lalu. Siang itu, mahasiswi asal Boyolali yang tinggal di rumah budenya di Solo ini masih terlihat santai. Maklum, kuliah masih satu jam lagi.
Setelah salah Zuhur, Cempluk bersiap-siap berangkat dengan motornya. Perkiraannya, perjalanan akan menempuh waktu seperempat jam karena kampusnya tidak terlalu jauh dengan rumah budenya. Setelah berpamitan, Cempluk pun berangkat santai sambil bernyanyi-nyanyi kecil di sepanjang perjalanan. Namun tiba-tiba mak seeettt…! Ia mengerem mendadak. Dilihatnya di depan polisi berkerumun dan sebagian pengendara berhenti. “Celaka, ada mokmen!” batinnya.
Berhubung belum punya SIM, Cempluk ketakutan. Tak mau ambil risiko, Cempluk buru-buru balik kanan sebelum ketahuan polisi. Sampai di rumah ia mengganti motornya dengan sepeda onthel milik pakdenya. “Telat sedikit nggak papa, yang penting tidak kena tilang,” pikirnya.
Terpaksa ia sedikit ngos-ngosan nggenjot sepeda ke kampus di siang yang panas ngenthak-enthak itu.
Sampai di jalan yang dilalui tadi, ternyata kerumunan masih ada. Namun Cempluk tetap santai karena dengan bersepeda onthel tidak mungkin akan berurusan dengan polisi.
Namun apa yang terjadi Pembaca? Melihat pemandangan di depannya Cempluk sangat syok, batinya menjerit. “Astaga!” Ternyata yang terjadi di jalan bukan mokmen, tetapi kecelakaan lalu lintas. Polisi-polisi itu sebagian sibuk mengurus kecelakaan, sebagian lagi mengatur kendaraan yang lewat. Cempluk sedih sekali. Bukan karena kasihan sama korbannya, tetapi kasihan sama nasibnya, harusnya ia sudah sampai di kampus dari tadi.

Sholikah, Ngaglik RT 14/03 Sambon, Banyudono, Boyolali

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif