SOLOPOS.COM - Ki Blasius Subono menampilkan pergelaran Wayang Wahyu Ha Na Caraka dengan lakon Nabi Elia di Auditorium RRI Solo, Sabtu (16/11/2013) malam. (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pengungkapan kasus korupsi sejumlah kepala daerah dan petinggi negeri belakangan ini santer mewarnai pemberitaan di sejumlah media massa. Pimpinan yang dipercaya rakyat ini ramai-ramai memperkaya dirinya sendiri di tengah kondisi ekonomi wong cilik yang makin sulit.

Kondisi ini rupanya tak jauh berbeda dari masa pemerintahan Raja Ahab. Demi menyenangkan permaisurinya Izebel yang doyan kemewahan, Ahab menghalalkan segala cara untuk menimbun harta. Kisah Ahab yang akhirnya tersadar dari ketamakannya dan kembali ke jalan Tuhan ini ditampilkan dalam pementasan Wayang Wahyu Ha Na Caraka dengan lakon Nabi Elia yang digelar di Auditorium RRI Solo, Sabtu (16/11/2013) malam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pementasan wayang wahyu ini diselenggarakan Yayasan Pangudi Luhur Perwakilan Solo untuk menyambut Natal 2013. Ratusan orang yang terdiri dari warga gereja se-Kevikepan Surakarta, umat Katolik, budayawan, seniman, pengamat seni, dan mahasiswa seni turut menyaksikan pertunjukan ini.

Dalang Ki Blasius Subono memperkenalkan kembali sosok Nabi Elia yang telah disebut di kitab suci. Karena kemuliaan dan ketulusannya, sosok Elia diberi kelebihan oleh Tuhan. “Aku ini apa sudah jadi orang gila? Kobaran api yang menyambar-nyambar tidak mampu membakar tubuhku. Api yang menyulut bumi tidak membuat hidupku panas, tapi malah terasa segar,” kata Elia suatu kali saat mendapati dirinya kebal disambar api.

Selain memperkenalkan awal keberadaan Elia, dalang asal ISI Solo ini juga memperkenalkan budaya serakah rakyat Raja Ahab yang rajin menimbun harta.

Lewat suaranya yang menggelegar, Ki Blasius Subono mengingatkan awal ketamakan manusia ini. “Tuhan berkata dasar wong gemblung, harta yang kamu kumpulkan sebanyak itu nantinya mau kamu pakai apa,” katanya.

Beri Wejangan

Di tengah pertunjukan yang berlangsung selama dua jam ini, pemuka agama Katolik Solo Romo Antonius Budi Wihandono Pr. maju ke tengah panggung pementasan wayang dan memberikan wejangan kepada penonton dan umat Katolik yang menyaksikan pertunjukan.

Romo menyebut di dalam budaya Jawa ada tiga perkara yang membuat manusia disebut bijaksana, antara lain manusia harus mengerti fitrah, batas, dan bisa mengendalikan nafsu.

Pergelaran wayang ini dilanjutkan dengan perjuangan Nabi Elia membebaskan masyarakat dari penindasan Raja Ahab yang tengah dikuasai ketamakan dan keserakahan. Sikapnya telah membuat rakyat menderita. Melihat kesewenang-wenangan Ahab, Tuhan murka dan memberikan azab dengan tidak menurunkan hujan selama tiga setengah tahun. Dalam penderitaan ini, Dewa Baal yang disembah Ahab tidak bisa memberikan pertolongan apapun.

Nabi Elia kemudian diutus Tuhan untuk menolong masyarakat melawan penindasan Sang Raja. Dengan kerja keras Elia, terjadilah pertobatan besar-besaran yang membuat penguasa dan rakyatnya yang diliputi ketamakan kembali ke jalan yang benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya