SOLOPOS.COM - Pengrajin wayang kulit asal Ponorogo, Isyanto, 60, memperlihatkan wayang hasil kerajinan tangannya di rumah produksi Kelurahan Kertosari, Kecamatan Babadan, Senin (30/10/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Karya pengrajin wayang kulit asal Ponorogo ini kerap diburu kolektor.

Madiunpos.com, PONOROGO — Lima tokoh Pandawa dalam bentuk wayang tertata rapi di dalam rumah di Jl. Rumpuk 64 B, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Babadan, Ponorogo. Terlihat sosok pria bertubuh gempal menggambar wayang di kertas putih.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pria itu bernama Isyanto, 60, pemilik dan seniman pembuat wayang di Sanggar Wayang Siwi Mandiri. Rumah yang juga menjadi rumah produksi wayang itu dipenuhi berbagai benda seni berbentuk wayang. Ada lukisan wayang, ada miniatur wayang, ada wayang kulit, ada kulit kerbau untuk membuat wayang, dan ada berbagai suvenir berbentuk wayang.

Beberapa lembar tripleks bergambar sketsa wayang juga tertata rapi di depan rumahnya. “Itu pesanan dari seseorang untuk pesta pernikahan di Borobudur. Wayang yang terbuat dari tripleks itu akan dipasang untuk pemandangan tamu undangan,” kata dia saat ditemui Madiunpos.com di rumahnya, Senin (30/10/2017).

Isyanto mengaku mencintai wayang sejak kelas IV SD. Hingga kini, kecintaan dan kekagumannya terhadap kesenian warisan leluhur itu semakin tinggi. Sejak SD, suami Damai Siwi Mulyani, 57, ini secara rutin melihat pertunjukan wayang kulit.

Isyanto bahkan sampai memburu pertunjukan wayang kulit di berbagai daerah. Kecintaannya terhadap wayang dibuktikan dengan menekuni dunia perwayangan. Dia mulai membuat wayang kulit dengan berbagai karakter.

Sekitar 1983, Isyanto mulai membuat wayang kulit dan menerima orderan. Perjalanannya sebagai pengrajin wayang kulit tak luput berbagai masalah dan cobaan mulai hal yang sepele hingga yang membuatnya bangkrut.

Tepatnya pada saat reformasi 1998, itu adalah salah satu titik paling berat dalam kariernya sebagai pembuat wayang kulit. Krisis moneter saat itu membuat sejumlah order tak dibayar dan harga bahan baku pun melonjak hingga tak terjangkau.

Masa itu kemudian membuatnya gulung tikar dan terpaksa menghentikan produksi wayang kulit hingga akhirnya dia harus banting setir dengan menjadi penyalur tenaga kerja Indonesia ke sejumlah negara. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai penyalur tenaga kerja, Isyanto melunasi seluruh utang dan dapat modal kembali untuk membuka usaha pembuatan wayang.

“Saya dulu sempat bangkrut karena krisis moneter yang saat itu terjadi. Saya terkena dampak hingga harus beralih pekerjaan sebagai panyalur tenaga kerja,” kata dia.

Sekitar 2010, kesenian wayang mulai digemari masyarakat Indonesia dan semakin terkenal di dunia internasional. Orderan pembuatan wayang kulit di rumah produksinya pun semakin banyak dan terus meningkat.

Bapak lima anak ini beranggapan wayang adalah jalan hidupnya dan jati dirinya. Dia enggan berjauhan dengan kesenian asli Nusantara ini. Dia pun tidak sanggup membuat wayang dengan asal-asalan.

Dia mengklaim wayang kulit buatannya merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia dan satu-satunya wayang kulit dengan pahatan paling rapi se-Jawa Timur. Untuk karyanya itu, dia sudah kerap melanglang buana di berbagai pameran nasional mewakili Provinsi Jatim. “Saya itu kalau enggak buat yang terbaik mending tidak membuatnya,” ujar dia.

Isyanto mengakui pembuatan wayang kulit memang sulit dan butuh ketelitian tinggi. Kalau salah sedikit dalam pemahatan bisa merusak makna dan karakter tokoh wayang.

Satu wayang kulit butuh waktu sekitar tujuh hari untuk membuatnya. Sedangkan satu set berisi sekitar 250 wayang butuh sekitar satu tahun.

Salah satu karya masterpiece Isyanto adalah wayang yang dilapisi emas atau prodo. Pembuatan wayang jenis ini sama seperti wayang umumnya. Namun ada proses untuk pelapisan prodo emas.

Wayang berlapis emas ini biasanya diburu kolektor wayang. Kolektor wayang prodo ini dari berbagai latar belakang, ada pengusaha, pejabat, dan lainnya. Harga yang ditawarkan untuk satu wayang kulit Rp850.000 sampai Rp2,5 juta. Sedangkan satu set wayang kulit Rp150 juta hingga Rp250 juta.

Wayang prodo satu unitnya Rp3 juta hingga Rp10 juta. Satu set wayang prodo dihargai mulai Rp500 juta hingga Rp1 miliar. Wayang kulit buatan Isyanto telah banyak dipesan dan diekspor ke Jerman, Belanda, Amerika Serikat, dan negara-negara lain. Sedangkan untuk di pasar nasional, wayang kulit buatannya telah banyak digunakan dalang dan dipajang di hotel dan pusat perkantoran. “Hingga kini saya telah membuat sekitar 25 set wayang kulit,” ujar dia.

Wayang kulit berlapis emas selalu menjadi incaran kolektor dan penghobi wayang. Mereka rela merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi hasrat mereka untuk memiliki wayang kulit berlapis emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya