SOLOPOS.COM - Petugas DKP3 Sragen menyuntikkan vitamin pada sapi milik warga di Dukuh Purwosari RT 004, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, Selasa (7/5/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Sejumlah peternak sapi di wilayah Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen, memilih menjual ternaknya karena tidak ingin berisiko menyusul merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) di desa setempat.

Mereka waswas sapinya mati dan merugi mengingat kasus kematian sapi di Jurangjero sudah mencapai 14 ekor. Seorang peternak sapi di Dukuh Purwosari RT 004, Jurangjero, Sanex Riyadi, 51, menjual sapinya pada Senin (6/5/2024) malam.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Lokasi kandang milik Sanex berdekatan dengan kandang milik Budiyanto yang kosong karena tiga ekor sapinya mati. Padahal sapi jantan milik Sanex itu dipersiapkan untuk hewan kurban pada Iduladha mendatang.

“Saya jual dan laku Rp19 juta semalam [Senin malam] karena khawatir ada sapi yang sudah mati. Sapi itu saya jual ke tampungan untuk persiapan hewan kurban. Ada tetangga lainnya yang juga jual sapi,” jelasnya.

Bayan Jurangjero, Karangmalang, Sragen, Sugito, 55, menyampaikan populasi sapi di wilayah Kebayanan I Jurangjero itu cukup banyak sampai 200 ekor. Dia mengatakan sapi yang sakit ada 10 ekor dan kasus kematian sapi di Purwosari sebanyak 14 ekor.

Dia mengatakan para peternak takut sehingga memutuskan menjual sapi.

“Laporan yang masuk sudah ada tiga ekor sapi yang laku dijual. Beberapa sapi lainnya proses penjualan. Para peternak lebih nyaman kalau sapinya dijual. Saya sudah sosialisasi di grup RT di wilayah Juangjero untuk waspada terhadap PMK. Orang yang sudah ke kandang yang tertular tidak boleh ke kandang sehat untuk pencegahan penularan,” ujarnya.

Seorang peternak sapi lainnya di Jurangjero, Winarti, 40, masih bertahan memelihara tiga ekor sapinya yang terdiri atas dua ekor indukan dan satu ekor anakan.

Sapi-sapi peternak ditinjau dokter hewan dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen pada Selasa (7/5/2024) lalu. Sapi-sapi mereka disuntik dengan vitamin dan diberi cairan desinfektan untuk penanganan kandang.

“Alhamdulillah dengan upaya yang saya lakukan, ternak sudah mau makan. Tinggal penyembuhan kakinya. Tadi sudah dikasih vitamin dan salep. Tadi diarahkan dari dokter untuk menyemprot kandang minimal tiga kali sehari. Alhamdulillah sudah diobati,” ujarnya.

Saat ditanya ada rencana mau dijual, Winarti menyatakan tidak akan menjualnya. Dia memilih mengobati ternaknya sampai sembuh, karena induknya bunting.

Meningkatkan Imunitas Tubuh Ternak

Diberitakan sebelumnya, tim dokter hewan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen menyatakan kasus kematian belasan ekor sapi dan sejumlah sapi sakit di Dukuh Purwosari, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen, positif PMK berdasarkan gejala klinis yang tampak.

Tim dokter hewan DKP3 Sragen yang dikoordinasi Petugas Medic Veteriner DKP3 Sragen drh. Ana Margaretha terjun langsung ke Dukuh Purwosari, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, Selasa (7/5/2024).

Ana mengecek langsung ke lokasi sebagai langkah cepat penanganan setelah mendapatkan laporan kematian sapi di dukuh setempat, Senin (6/5/2024) siang.

“Setelah dapat laporan, kami langsung gerak cepat. Kami survei ke lokasi ternak yang sakit. Kami langsung mengobati ternak yang sakit dengan menggunakan salep luka dan disinfektan kepada peternak serta menyuntikkan vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh ternak,” jelas Ana saat ditemui wartawan di sela-sela pengobatan ternak, Selasa siang.

Dia mengatakan secara umum kondisi ternak yang sakit sudah cukup membaik setelah diobati. Dia menyarankan pengobatan masih perlu beberapa kali pengulangan agar penyakit PMK benar-benar sembuh.

Dia melihat dari gejala klinis yang tampak penyakit dan kasus kematian di Dukuh Purwosari, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, itu positif PMK.

“PMK ini disebabkan karena virus. Jadi penyebarannya lebih cepat. Untuk virus bisa ditularkan lewat kontak langsung, atau pun peralatan yang terinfeksi, dan juga bisa lewat perantara manusia. Orang yang keluar masuk kandang berpotensi menularkan virus PMK sehingga orang dari kandang tertular dilarang masuk ke kandang sehat,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya