SOLOPOS.COM - Ilustrasi berinteraksi dengan monyet. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Di tengah ancaman hepatitis akut misterius, muncul virus cacar monyet atau monkeypox terdeteksi di sejumlah negara.   Amerika Serikat mengonfirmasi kasus penyakit ini pada Rabu (18/5/2022) kemarin.

Mengutip Antara pada Jumat (20/5/2022), infeksi itu ditemukan pada seorang pria dewasa di Massachusetts yang baru saja bepergian ke Kanada. Pejabat kesehatan setempat mengatakan kasus tersebut “tidak berisiko terhadap masyarakat.”

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Virus cacar monyet pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958. Sejak saat itu, penyakit menular ini menjadi salah satu penyakit endemis di area tengah dan barat Afrika. Tidak hanya pada hewan, manusia dan beberapa jenis hewan pengerat lain juga dapat terjangkit virus ini.

Di luar Afrika, penyakit ini sempat ditemukan di Amerika Serikat. Pada 2003, ditemukan beberapa orang yang terjangkit penyakit ini, di mana diketahui sebelumnya orang-orang tersebut memiliki riwayat kontak dengan anjing prairie yang menderita cacar monyet.

Baca Juga: Tertular Cacar Langka dari Kucing, Wanita Ini Terancam Buta

Mengutip klikdokter.com pada Jumat (20/5/2022), penyakit ini kembali santer diwartakan setelah seorang turis berkebangsaan Nigeria berkunjung ke Singapura dan dirawat di negara tersebut akibat terinfeksi virus cacar monyet.  Cacar monyet merupakan jenis penyakit yang sifatnya zoonosis atau diperantarai hewan. Dalam hal ini, hewan yang dapat menjadi media penyebarannya adalah monyet, tikus, tupai dan jenis hewan pengerat lainnya serta anjing jenis prairie.

Dari hewan yang terinfeksi, virus menyebar ke hewan lain maupun manusia dengan kontak langsung melalui darah, cairan tubuh, luka di kulit dan mukosa, ataupun udara yang terkontaminasi percikan liur hewan tersebut.

Baca Juga: 5 Virus Mematikan dalam Sejarah Dunia Selain Corona

Sampai sejauh ini, belum ditemukan bukti kuat bahwa virus ini dapat menyebar langsung dari manusia ke manusia.
Seseorang yang terinfeksi cacar monyet umumnya menunjukkan gejala berikut:

– Demam
– Nyeri kepala berat
– Pembengkakan kelenjar limfe
– Nyeri punggung
– Nyeri otot
– Lemas

Ciri yang khas, pada kulit timbul penderitanya akan timbul bercak kemerahan dan lenting yang berisi cairan atau nanah. Bercak dan lenting ini umumnya timbul pertama kali di wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Baca Juga: Cacar Monyet: Mematikan atau Tidak? Cek Fakta Berikut!

Berbagai gejala ini biasanya timbul 12 hari setelah paparan virus dan berlangsung selama 14-21 hari. Walaupun umumnya sembuh sempurna, perjalanan penyakit kerap membuat pasien menjadi sangat tersiksa karena apa yang dirasakan dan tampilan fisiknya.

Pada sebagian kasus terutama bayi, anak dan orang dengan status imun rendah, cacar monyet dapat berkembang fatal hingga mengakibatkan kematian.

Di samping berdasarkan adanya kontak dengan hewan dan keluhan pasien, diagnosis juga didasarkan pada pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik ini dapat dijumpai bercak kemerahan dan lenting-lenting di kulit yang umumnya muncul pertama kali di wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Karena tampilan klinis cacar monyet dapat menyerupai jenis infeksi lain –seperti smallpox, cacar air, campak, infeksi bakteri, skabies, sifilis hingga alergi– maka penetapan diagnosa harus melalui pemeriksaan tambahan juga.  Sediaan usapan dari lenting, luka ataupun bercak di kulit pasien diletakkan di wadah steril dan kemudian diperiksa di laboratorium. Beberapa jenis pemeriksaan kemudian dilakukan terhadap sediaan ini untuk menentukan infeksi yang terjadi apakah cacar monyet atau infeksi lainnya.

Tidak ada pengobatan spesifik yang dilakukan pada orang yang terinfeksi virus cacar monyet. Obat-obatan yang diberikan hanya bersifat suportif sesuai keluhan pasien. Misalnya pemberian penurun panas dan anti-nyeri pada pasien yang mengalami demam atau nyeri otot.   Walaupun umumnya sembuh sempurna, komplikasi cacar monyet dapat terjadi pada beberapa kasus terutama bayi, anak dan pasien dengan status imun rendah dan gizi buruk.

Di negara endemisnya sendiri, Afrika, 10% kasus berkembang menjadi sangat berat hingga mengakibatkan kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya