SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencegahan wabah leptospirosis. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, Jawa Tengah (Jateng), meminta warganya untuk mewaspadai munculnya penyakit berbahaya yang berisiko menyebabkan kematian saat musim penghujan, salah satunya yakni leptospirosis.

Hal itiu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Semarang, Nur Dian Rakhmawati, menyusul bahaya leptospirosis yang sudah merenggut enam nyawa. Tercatat, hingga saat ini sudah ada 22 kasus leptospirosis di Kota Semarang, di mana enam orang di antaranya meninggal dunia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari 22 kasus leptospirosis itu tersebar di 10 kecamatan di Kota Semarang. Ke-10 kecamatan itu yakni Tembalang dengan lima kasus, Candisari 4 kasus, Pedurungan 3 kasus, Semarang Utara 2 kasus, Mijen 2 kasus, dan Semarang Selatan, Banyumanik, Gunungpati, dan Ngaliyan masing-masing dengan satu kasus.

“Total sejak Januari hingga Oktober sudah ditemukan 22 kasus leptospirosis. Kasus meninggal terbanyak ada di Tembalang dengan dua kasus. Sisanya Pedurungan, Semarang Utara, Genuk, dan Mijen, masing-masing dengan satu kasus [kematian],” ujar Dian saat dihubungi Solopos.com, Senin (24/10/2022) sore.

Dian mengatakan leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira interrogans yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi seperti tikus, anjing, dan babi. Bakteri ini akan masuk ke tubuh manusia melalui air kencing atau urine hewan yang bercampur dengan air, seperti genangan saat banjir.

Baca juga: Waspada! Awal Musim Hujan, 374 Kasus Leptospirosis Ditemukan di Jateng

Demi mencegah terinfeksi bakteri tersebut, Dian pun mengimbau masyarakat di Kota Semarang untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, melindungi luka terbuka meski sekecil apa pun sehingga tidak terkontaminasi bakteri Leptospira.

“Gunakan pelindung atau alas kaki [bila ada luka]. Simpan makanan dan minuman dengan baik dan lindungi luka dengan penutup [perban],” jelasnya.

Lebih lanjut, tanda atau gejala orang terkena bakteri Leptospira atau terserang leptospirorsis adalah mengalami demam akut baik dengan atau tanpa sakit kepala, nyeri otot betis, muntah, diare, ruam, mata memerah, serta area putih pada mata menguning. Jika menemukan tanda-tanda seperti itu, masyarakat diminta segera mengecek kesehatannya ke fasilatas layanan kesehatan terdekat.

Baca juga: Kemenkes Umumkan Sejumlah Sirop yang Diduga Picu Gagal Ginjal

“Untuk tenaga kesehatan juga harus melakukan skrining deteksi sedini mungkin dengan tata laksana di layanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit. Sedangkan mengenai edukasi ke masyarakat, kita terus lakukan penyuluhan oleh tenaga kesehatan di puskesmas terkait gejala dan pencegahannya,” imbuh Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya