SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bencana Alam. (Freepik)

Solopos.com, KLATEN — Kabupaten Klaten diprediksi mengalami puncak musim hujan pada Desember 2022 hingga Januari 2023. Guna menghadapi puncak musim hujan, warga di berbagai wilayah di Klaten diimbau melakukan upaya antisipasi ancaman bencana hidrometeorologi.

Sekretaris BPBD Klaten, Nur Tjahjono Suharto, mengatakan ancaman bencana selama musim hujan meliputi puting beliung, tanah longsor, petir, serta banjir. Soal daerah rawan ancaman tanah longsor berada di beberapa desa di Kecamatan Bayat, Cawas, dan Kemalang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Khusus di wilayah Kemalang, ancaman tanah longsor terjadi pada daerah-daerah pertambangan galian C. Selain itu, tebing sepanjang alur sungai rawan longsor.

Sementara, daerah rawan ancaman puting beliung merata di seluruh wilayah Klaten yang tersebar di 26 kecamatan. Namun, ada 21 kecamatan yang selama ini kerap diterjang puting beliung.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tingkat keseringan terjadi  puting beliung berbeda-beda. Yang sering terjadi itu seperti wilayah Kecamatan Karangnongko, Bayat, dan Manisrenggo,” jelas Nur saat ditemui wartawan seusai apel siaga bencana di halaman Pendapa Pemkab Klaten, Selasa (4/10/2022).

Baca Juga: Masuk Pancaroba, Ratusan Sukarelawan di Klaten Apel Siaga Bencana

Daerah rawan luapan sungai terjadi di perkampungan sepanjang Sungai Dengkeng dan anak sungainya. Daerah yang kerap terjadi luapan sungai seperti Kecamatan Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas, Trucuk, serta Karangdowo. Sementara, daerah rawan genangan banjir ada di wilayah perkotaan dan beberapa kecamatan.

Soal faktor penyebab bencana, Nur menjelaskan bisa disebabkan lantaran faktor alam dan manusia. Dia mencontohkan kejadian banjir bisa disebabkan lantaran faktor alam akibat curah hujan tinggi.

“Faktor manusia seperti membuang sampah, tinggal di tebing sungai, dan sebagainya itu bisa menyebabkan terjadinya luapan sungai,” kata Nur.

Terkait early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini antisipasi bencana hidrometeorologi, Nur menjelaskan EWS berupa dua kamera closed circuit television (CCTV) yang terpasang di alur Sungai Dengkeng wilayah Desa Kragilan (Kecamatan Gantiwarno) dan Desa Talang (Kecamatan Bayat). Kedua kamera CCTV itu difungsikan memantau kondisi alur Sungai Dengkeng.

Baca Juga: Klaten Masuki Musim Penghujan, BPBD: Jangan Berteduh di Bawah Pohon saat Hujan

Disinggung upaya pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, Nur mengatakan BPBD segera menggelar pertemuan dengan sukarelawan dari berbagai wilayah. Selain itu, ada penyiagaan peralatan untuk penanganan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

“Menurut BMKG puncaknya Desember-Januari 2023. Intensitas hampir sama dengan tahun kemarin. Yang perlu diwaspadai aliran sungai terutama sungai yang memiliki kerentanan, seperti ada bambu, dahan, dan lainnya yang menghambat aliran sungai. Kemudian sungai yang terdapat sampah rumah tangga dibuang di sungai,” jelas dia.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Rujedi Endro Suseno, mengatakan stok logistik penanganan ancaman banjir serta tanggul jebol mulai menipis. Saat ini BPBD memiliki stok karung pasir sekitar 7.000 lembar dan stok beronjong kawat nol.

Namun, Rujedi menjelaskan BPBD provinsi sudah menyiapkan bantuan jika sewaktu-waktu ada kekosongan stok logistik penanganan ancaman banjir dan tanggul sungai jebol.

Baca Juga: Heroik, Tim Damkar Klaten Selamatkan Kucing yang Sepekan Terjebak di Sumur

“Masih ada dana emergency melalui DSP [dana siap pakai di APBD Klaten] sekitar Rp200 juta,” jelas dia.

Soal peralatan yang dimiliki BPBD Klaten, Rujedi menjelaskan beberapa peralatan sudah disiapkan dan dipastikan dalam kondisi bagus. Peralatan itu seperti satu perahu karet, dua perahu dolphin, lima gergarji mesin, serta sejumlah pelampung.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengingatkan terkait ancaman banjir akibat luapan sungai yang kerap terjadi di Klaten. Salah satu penyebab banjir yakni masih ada yang membuang sampah ke sungai.

“Di Klaten itu sudah ada Srikandi Sungai dan Sukarelawan Sungai. Kalau pelestarian sungai hanya mengandalkan mereka, tentu repot karena luasnya wilayah Klaten dan panjangnya sungai di Klaten. Harapan saya, seluruh rumah tangga dan warga lainnya jangan lagi menjadikan sungai untuk membuang sampah,” kata dia.

Baca Juga: Gawat! Sungai Bagor-Sungai Ujung di Klaten Ternyata dalam Kondisi Kritis

Terkait upaya pengurangan risiko bencana, Mulyani meminta agar kegiatan gotong royong rutin saban Jumat yang pernah dia canangkan kembali digencarkan.

“Kegiatan setiap Jumat gotong royong itu dikuatkan lagi. Kalau perlu dibuatkan Perbup atau SK, saya siapkan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya