SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;"><b>Solopos.com, KLATEN &ndash;</b> Puluhan penyandang <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20120920/493/330706/40-difabel-perempuan-di-klaten-tak-mengenyam-pendidikan" title="40% Difabel Perempuan di Klaten Tak Mengenyam Pendidikan">disabilitas</a> tinggal di tiga desa terdekat puncak Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang, Klaten.&nbsp;</span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Persiapan evakuasi hingga penempatan mereka di selter pengungsian dilakukan seiring meningkatnya status Merapi dari normal menjadi waspada sejak 21 Mei 2018.</span></span></p><p><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Klaten, Nur Tjahjono Suharto, mengatakan di Kemalang ada sekitar 600 difabel. Dari ratusan difabel itu, sekitar 72 difabel tinggal di tiga desa terdekat puncak Gunung Merapi serta masuk kawasan rawan becana (KRB) III dan II. Mereka tersebar di Desa Balerante 13 orang tinggal, Desa Tegalmulyo 19 orang, serta Desa Sidorejo 40 orang.</span></span></p><p>&ldquo;<span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Data itu berdasarkan pendataan terakhir melalui ULD [unit layanan disabi</span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">l</span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">itas] BPBD Klaten. Ada beberapa karakter kondisi disabilitas mereka. Namun, mayoritas mengalami tunadaksa,&rdquo; kata Nur saat berbincang dengan </span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;"><i>Solopos.com</i></span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">, Senin (27/8/</span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">2018</span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">).</span></span></p><p><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Nur mengatakan sukarelawan di tiga desa tersebut sudah membuat petunjuk teknis untuk <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180525/493/918497/jalur-evakuasi-rusak-bikin-warga-lereng-merapi-klaten-khawatir" title="Jalur Evakuasi Rusak Bikin Warga Lereng Merapi Klaten Khawatir">evakuasi</a> mandiri jika erupsi terjadi. Petunjuk tersebut termasuk bagi para penyandang disabilitas yang butuh perlakuan khusus.</span></span></p><p>&ldquo;<span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Sukarelawan di desa itu sudah mendata setiap warga hingga mempersiapkan angkutan yang mengangkut mereka. Termasuk para penyandang disabilitas itu ikut didata tidak hanya jumlahnya tetapi siapa saja yang nantinya ikut mengevakuasi, sudah disiapkan,&rdquo; jelasnya.</span></span></p><p><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Selain proses evakuasi, persiapan juga dilakukan terkait tempat pengungsian di selter pengungsian BPBD Klaten hingga tempat pengungsian di desa paseduluran yakni desa yang siap menerima pengungsi. Pengelola selter serta desa paseduluran diminta menyiapkan tempat khusus yang memfasilitasi kebutuhan penyandang disabilitas.</span></span></p><p><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Nur mengakui penyandang disabilitas perlu perhatian khusus ketika bencana terjadi. Apalagi, mayoritas yang tinggal di kawasan lereng Merapi tak bisa mengevakuasi diri mereka sendiri. Hal itu mengacu hasil penelitian 2015 lalu yang dilakukan salah satu lembaga sosial dari Jerman. Dari penelitian itu 63 persen penyandang disabilitas yang tinggal di kawasan Gunung Merapi tidak bisa mengevakuasi diri. Sementara, 37 persen sisanya tidak bisa mengakses informasi kebencanaan.</span></span></p><p>&ldquo;<span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Hasil penelitian itu menjadi salah satu referensi kami kenapa membentuk ULD BPBD Klaten dan melatih fasilitator kebencanaan supaya mereka yang sudah dilatih bisa memberikan pelatihan dan akses ke teman sesamanya. Saat ini potensi <a href="http://viral.solopos.com/read/20180621/486/923380/kocak-bantu-penumpang-mudik-sukarelawan-terbawa-kereta" title="Kocak! Bantu Penumpang Mudik, Sukarelawan Terbawa Kereta">sukarelawan</a> difabel di BPBD yang tinggal di kawasan Merapi ada enam orang,&rdquo; jelas dia.</span></span></p>

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya