SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, KLATEN — Warga Kabupaten Klaten diminta tetap mewaspadai kasus demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, sudah ada 19 orang meninggal dunia akibat penyakit yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti tersebut.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang (Kabid) pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Inayati Hasanah, menjelaskan ada 395 kasus DBD sejak awal tahun hingga pekan ke-39 atau pekan kedua Agustus 2022.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Angka kematian ada 19 orang,” kata Inayati, Jumat (2/9/2022).

Kepala Dinkes Klaten, Cahyono Widodo, mengatakan beberapa waktu terakhir ada peningkatan kasus DBD. Namun, dia menjelaskan peningkatan kasus tak terlalu signifikan.

“Kami memiliki grafik lima tahunan dan memang bulan-bulan seperti ini trennya meningkat. Perlu kewaspadaan bersama agar kasus DBD tidak terus meningkat,” kata Cahyono.

Baca Juga: Chikungunya Serang 47 Warga, Satu Dukuh di Cawas Klaten Di-Fogging

Terkait angka kasus kematian, Cahyono menjelaskan rata-rata mereka masih anak-anak. Dimungkinkan, kasus kematian akibat DBD tersebut terjadi lantaran keterlambatan penanganan karena tak segera diperiksakan ke petugas kesehatan atau pelayanan kesehatan.

“Imbauannya tetap laksanakan PHBS [perilaku hidup bersih dan sehat]. Khusus DBD lakukan 3M alias mengubur, menguras, dan menimbun. Termasuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Ketika demam, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan, seperti puskesmas atau rumah sakit,” jelas dia.

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bersumber BinatangDinkes Klaten, Wahyuning Nugraheni, mengatakan kasus kematian pada epidemi DBD terjadi karena pasien tak kunjung dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan medis.

“Ini terjadi karena sebagian masyarakat masih khawatir gejala yang dikeluhkan akan dimasukkan dalam gejala Covid-19. Padahal tenaga kesehatan akan membedakan penanganan pasien gejala Covid dan nonCovid,” papar Wahyunig berdasarkan informasi yang dikutip dari klatenkab.go.id yang diunggah Juli lalu.

Baca Juga: Chikungunya Mengganas di Klaten, Kenali Perbedaannya dengan DBD!

Padahal, DBD memiliki siklus yang harus terus dipantau. Selama penanganan, pasien juga diminta memberikan keterangan yang jelas, mulai dari gejala hingga waktu permulaan sakit.

“Sampaikan dengan jelas kapan mulai sakit, gejala apa saja yang dirasakan. Soalnya penjelasan dari pasien sangat mempengaruhi penanganan medis yang diberikan dan berdampak pada proses pemulihan pasien,” ungkapnya.

Cara terbaik mencegah DBD melalui gerakan PSN. Perlu diketahui bahwa barang-barang yang bersifat alamiah seperti pelepah pohon bisa menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik jika terdapat genangan air di atasnya.

“Agar dapat melaksanakan pencegahan epidemi dengue secara efektif, setiap orang, setiap rumah tangga, dan setiap instansi, secara bertahap dan aktif harus menerapkan langkah-langkah pencegahan demam berdarah. Sejauh ini, PSN merupakan langkah yang efektif memutus siklus nyamuk sebagai pembawa bibit penyakit,” tambah Wahyuning.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya