SOLOPOS.COM - Infografis Bunuh Diri (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO – Kasus bunuh diri kembali terjadi di Kota Solo. Dalam waktu kurang dari sepuluh hari, di Solo setidaknya ada dua kasus bunuh diri.
Paling gres, seorang pria paruh baya ditemukan meninggal dunia dalam posisi di jembatan dekat Dawung, Serengan, Senin (2/3/2020). Sebelumnya, seorang WN Korea Selatan juga ditemukan meninggal dunia di kamar hotelnya, Solo, Sabtu (22/2/2020).

Peristiwa itu menambah panjang deretan kasus bunuh diri di Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan data The Global Burden of Disease sebagaimana dirilis Ourworldindata.org, menunjukkan pada 2017 di seluruh dunia setidaknya ada 793.823 kematian akibat bunuh diri. Artinya, ada satu orang meninggal akibat bunuh diri dalam setiap 40 detik.

Gara-Gara Virus Corona, Tes Wawancara Beasiswa Mahasiswa Tiongkok Pakai Wechat

Ekspedisi Mudik 2024

“Ini menjadikannya [bunuh diri] salah satu penyebab utama kematian secara global. Sekitar dua kali lebih banyak yang mati karena bunuh diri daripada karena pembunuhan. Bunuh diri lebih umum daripada pembunuhan di sebagian besar negara di dunia - seringkali sepuluh hingga dua puluh kali lebih tinggi,” tulis Hannah Ritchie, Max Roser, dan Esteban Ortiz-Ospina, sebagaimana dikutip Solopos.com pada Senin (2/3/2020).

Pada tahun yang sama, kematian bunuh diri itu berada satu tingkat di bawah kematian akibat HIV/AIDS sebesar 954.492 jiwa. Kasus bunuh diri berkontribusi setidaknya 1,4 persen dari total kematian di seluruh dunia pada 2017.

SGS 2020: Enam Tahun, Nilai Transaksi SGS Tumbuh 1.000%

Bunuh Diri di Indonesia

Mengerucut ke Tanah Air, dari laporan yang sama memperlihatkan tren peningkatan kasus bunuh diri. Pada 2017, misalnya, Indonesia terdapat 7.912 kasus. Jumlah itu tergolong tinggi jika berkaca pada tiga tahun sebelumnya 7.864 (2016), 7.796 (2015), dan 7.789 (2014).

Di Indonesia, angka itu menempatkan bunuh diri berada di urutan ke-16 dari sebab kematian secara total. Peringkat itu lebih tinggi ketimbang kematian akibat malaria dan HIV/AIDS.

AJI Dan PWI Kecam Praktik Wartawan Abal-Abal Di Soloraya

Masih merujuk pada laporan yang sama, tingkat kematian bunuh diri di Indonesia 3,12 per 100.000 penduduk. Rasio ini terus turun dibandingkan dengan kondisi pada 1990 mencapai 4,02.

“Tingkat bunuh diri berkisar dari sekitar lebih dari 20 per 100.000 di seluruh Eropa Timur, Korea Selatan, Zimbabwe, Guyana dan Suriname hingga kurang dari 5 per 100.000 di Afrika Utara, Timur Tengah, Indonesia, Peru dan beberapa negara Mediterania,” sambungnya.

Sejarah Operasi Zebra: Hari Pertama Lengang, Hari Berikutnya Mencengangkan!

Jika dibandingkan dengan negeri jiran, Malaysia, tingkat kematian bunuh diri di Tanah Air lebih rendah ketimbang di Malaysia yang mencapai 7,85 (2017).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperkirakan jika tingkat kematian itu tidak berubah, pada 2018 kematian bunuh diri di Indonesia sekitar 9.000 kasus per tahun. Hal itu diasumsikan dengan tingkat kematian 3,4 per 100.000 jiwa dan jumlah penduduk Indonesia pada 2018 sebanyak 265 juta jiwa.

Isu Korupsi Di Balik Politik Dinasti

Jumlah kasus bunuh diri yang dilaporkan The Global Burden of Disease itu jauh lebih tinggi daripada kasus serupa yang dilaporkan ke kepolisian. Kemenkes pada 2019 mentatat pada 2016 hanya 875 kasus bunuh diri yang dilaporkan ke polisi. Tahun berikutnya turun menjadi 789 kasus.

Masih dari laporan Kemenkes, di Indonesia modus bunuh diri terbanyak dilakukan dengan cara gantung diri (60,9 persen), minum pestisida (18,8 persen), minum obat-obatan (8,7 persen), dan lainnya (11,6 persen).

Seminar Tuyul: Kisah Tuyul Dari Omongan Masyarakat Hingga Bisa Disuap

“Kematian bunuh diri banyak terjadi pada usia muda dan produktif, yaitu 46 persen pada usia 25-49 tahun dan 75 persen terjadi pada usia produktif (15-64 tahun),” tulis Kemenkes dalam laporannya.

Mencegah Bunuh Diri

Bunuh diri bukan merupakan kejadian tunggal. Kasus ini dapat dicegah. Upaya ini membutuhkan kerja sama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat, profesi, dan pemerintah untuk mengatasinya.

Bukan Begal, Ini Yang Paling Ditakuti Pengendara Mobil Zaman Dulu



Kemenkes menjelaskan pencegahan upaya bunuh diri pada remaja perlu dilakukan sebab remaja merupakan kelompok usia berisiko tinggi bunuh diri. Salah satu langkah preventif awal yang dilakukan yakni menggali tentang ide bunuh diri pada remaja.

“Remaja harus ditanyakan secara langsung tentang pikiran bunuh diri. Pertanyaan itu membuat remaja merasa diperhatikan dan memberikan kesempatan pada mereka untuk mengungkapkan masalah,” terang Kemenkes.

Kota Solo Supermacet, Inilah Beberapa Strategi Mengurai Macet Di Sejumlah Negara

Tak hanya itu, keluarga dan masyarakat juga mencegah bunuh diri dengan mengetahui faktor risiko atau ciri individu yang rentan melakukan bunuh diri. Salah satunya gejala umumnya adalah melihat perubahan drastis perilaku seseorang. Jika melihat hal itu jangan ragu menanyakan kondisinya.

“Komitmen, kepekaan, pengetahuan, dan kepedulian terhadap orang lain, keyakinan bahwa hidup ini adalah anugerah yang harus dipelihara sebaik-baiknya merupakan modal dasar untuk membantu mencegah suatu tindakan bunuh diri,” tulis Kemenkes dalam laporannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya