Solopos.com, SOLO — Para dokter menyerukan upaya internasional yang mendesak untuk memerangi pandemi obat-obatan buruk yang diperkirakan telah membunuh ratusan ribu orang secara global setiap tahun.
Lonjakan obat-obatan palsu dan berkualitas buruk berjalan beriringan dengan meninggalnya 250.000 anak per tahun. Mereka diperkirakan meninggal setelah menerima dan mengonsumsi obat palsu yang hanya dimaksudkan untuk mengobati malaria dan pneumonia. Para dokter sudah memperingatkan hal ini.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Anak-anak yang meninggal, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (12/3/2019), lebih banyak disebabkan karena vaksin dan antibiotik palsu. Antibiotik itu digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi akut dan penyakit seperti hepatitis, demam kuning, dan meningitis.
Sebagian besar kematian akibat obat palsu terjadi di negara-negara di mana permintaan obat tinggi tetapi dikombinasikan dengan pengawasan yang buruk. Kontrol kualitas dan peraturan yang buruk memudahkan geng dan kartel kriminal menyusup ke pasar.