SOLOPOS.COM - Ilustrasi stunting di Boyolali (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI — Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Boyolali, Ratri S. Survivalina mengatakan keluarga berisiko stunting terbanyak ada di Kecamatan Ngemplak, Boyolali, yakni sebanyak 10.929 keluarga.

Sedangkan, keluarga beresiko stunting terendah ada di Kecamatan Sawit sejumlah 3.835. Sementara, total keluarga berisiko stunting di Boyolali sebanyak 132.283.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lina mengatakan banyak risiko atau penyebab stunting yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu dekat, jadi bentuk yang diupayakan berupa promotif preventif. Hasilnya baru akan bisa dirasakan beberapa tahun mendatang.

“Ndak bisa kita intervensi sekarang, oh besok stuntingnya turun, kan tidak,” ucap dia kepada wartawan, Kamis (8/9/2022).

Kategori berisiko stunting bisa dilihat dari beberapa aspek. Salah satunya sasaran punya balita atau tidak, menjadi ibu hamil, masuk pasangan usia subur atau tidak, masuk keluarga pra sejahtera atau tidak, serta aspek kondisi lingkungan.

“Aspek lingkungannya, punya jamban atau tidak, rumahnya layak huni atau tidak, kemudian sumber airnya seperti apa,” ucap dia.

Baca juga: Berjalan 2 Tahun, Yok Peka dari Pertamina Tekan Kasus Stunting Boyolali

Selain hal tersebut, pendidikan ibu juga menjadi faktor penentu keluarga berisiko stunting. Lina menerangkan pendidikan ibu di bawah sekolah menengah pertama (SMP) paling rawan membentuk keluarga berisiko stunting. 

“Serta dari resiko PUS [Pasangan Usia Subur] empat terlalu, yang meliputi terlalu muda untuk hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu rapat jarak kehamilannya atau terlalu dekat, dan terlalu banyak jadi sudah hamil lebih dari tiga kali,” ucap dia.

Lina mengatakan hal-hal berisiko stunting tersebut terkadang belum dipahami masyarskat. Pihaknya bersama BKKBN berupaya memaksimalkan upaya promotif preventif nya. Supaya masyarakat makin sadar, sehingga risiko-risiko stunting itu nanti bisa di kendalikan sendiri oleh masyarakat.

Lebih lanjut, BKKBN telah memetakan keluarga berisiko stunting itu yang akan didampingi oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK), supaya keluarga dari berisiko stunting tersebut tidak melahirkan anak- anak yang stunting.

“Saat ini untuk Boyolali keluarga yang berpotensi berisiko stunting ada sejumlah 132.183, jadi cukup banyak,” ucap dia.

Baca juga: Stunting di Boyolali Ditarget Turun 2 Persen Per Tahun dengan Cara Ini

Lina mengatakan tim TPK sudah melakukan antisipasi agar angka stunting tidak mengalami peningkatan dari adanya keluarga berisiko stunting.

Sesuai data dari Dinas Kesehatan, Lina mengatakan per Desember 2021 stunting di Boyolali sudah di angka 8%. Angka tersebut berada dibawah target nasional.

“Jadi memang sudah dibawah target nasional, tapi karena yang kami upayakan sekarang lebih ke promotif preventif nya. Bagaimana yang 8% itu bisa tertangani tapi jangan sampai ada tambahan lagi untuk kasus-kasus stunting baru,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya