SOLOPOS.COM - Selain menimbulkan kematian, efek racun apotas juga bisa menimbulkan mual dan diare. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO-Efek potasium sianida atau dikenal pula dengan nama apotas atau sianida bukan hanya menimbulkan kematian seperti terjadi pada seorang ibu tiga anak di Panggang Welut RT 012/RW 006, Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, Hany Dwi Susanti, Senin (1/11/2021). Wanita itu kehilangan nyawa lantaran diduga jadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh kakak iparnya.

Efek racun apotas juga bisa menimbulkan diare, mual, kejang-kejang, dan sebagainya jika tertelan dalam dosis kecil. Nama racun potas ini mengacu pada bahan kimia yang mengandung ikatan karbon-nitrogen (CN). Banyak zat mengandung sianida, tapi tidak semuanya racun mematikan. Natrium sianida (NaCN), potasium sianida (KCN), hidrogen sianida (HCN), dan sianogen klorida (CNCl) memang mematikan, namun ribuan senyawa yang disebut nitril mengandung gugus sianida namun tidak beracun.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Sebelum mengenal efek apotas terhadap tubuh, marilah kita tengok dulu sejarahnya. Mengutip laman hellosehat.com, Selasa (2/11/2021),  zat ini awalnya digunakan dalam dunia pertambangan, sebagai pengikat logam mulia emas. Menggunakan teknik amalgamasi dengan sianida, kadar emas yang dapat diperoleh bisa mencapai 89%– 95%, jauh lebih baik dari metode lainnya yang hanya mencapai 40%–50%.

Baca Juga: Ternyata Ini Jenis Racun dalam Minuman yang Tewaskan Wanita Juwiring

Namun setelah perang pecah, penggunaan sianida dialihkan kepada fungsinya sebagai zat kimia yang berbahaya dan mulai digunakan untuk genosida dan racun bunuh diri. Penggunaan lainnya dari racun potas ini adalah untuk membunuh tikus, curut, dan tikus tanah untuk melindungi panen tanaman pangan.

Efek mematikan racun apotas ini tergantung pada senyawa dan beberapa faktor lainnya. Setengah gram sianida yang tertelan bisa membunuh orang dewasa yang memiliki berat 80 kg.  Paparan sianida dalam jangka pendek dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan selaput lendir. Jika konsentrasinya lebih dari 5 mg/m3, kabut sianida alkali dapat menyebabkan luka dan pendarahan pada hidung.

Jika terserap dalam jumlah yang cukup, dapat terjadi efek sistemik, sebagaimana halnya pada paparan tertelan jangka pendek. Terpapar senyawa sianida dalam konsentrasi rendah dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan selera makan, sakit kepala, kelemahan, mual, pusing dan gejala iritasi pada saluran pernafasan bagian atas.

Sedangkan efek menelan sianida dalam dosis yang sangat besar dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, sering kali disertai kejang dan kematian, umumnya dalam jangka waktu 1 – 15 menit.

Baca Juga: Tragis, Wanita Juwiring Klaten Meninggal Diduga Diracun Kakak Ipar

Efek menelan racun potas dalam dosis yang lebih rendah dapat mengakibatkan:

1. Korosi pada selaput lendir lambung, bau amandel yang tidak enak pada napas, rasa terbakar, rasa tercekik pada tenggorokan, munculnya noda bintik pada wajah, dan pengeluaran air liur.

2. Merasakan mual dengan atau tanpa disertai muntah, kegelisahan, rasa bingung, pusing, perasaan gamang, rasa lemah, sakit kepala, denyut nadi cepat, palpitasi, dan kekakuan pada rahang bagian bawah.

3. Laju dan kedalaman pernapasan umumnya pun meningkat pada awalnya, yang lama-kelamaan menjadi lambat dan terengah-engah.

4. Diare dan inkontinensia urine (buang air kecil di celana) juga bisa terjadi.

Baca Juga: Begini Panduan Pertolongan Pertama kepada Korban Kecelakaan Lalu Lintas

5. Kejang-kejang bisa diikuti dengan kelumpuhan.

6. Bola mata mungkin jadi menonjol keluar sedangkan manik mata tidak bereaksi. Dari sini, kerusakan pada saraf optik dan retina hingga kebutaan bisa terjadi. Mulut mungkin keluar busa (kadang busanya disertai darah), yaitu tanda dari terjadinya edema paru.

Kematian bisa terjadi dalam jangka waktu empat jam dan mungkin disebabkan oleh terhentinya fungsi sistem pernapasan atau anoreksia pada jaringan. Gejala lain dapat meliputi nyeri dada, bicara meraca, dan tahapan stimulasi pada susunan saraf pusat yang bersifat sementara yang disertai sakit kepala.

Sementara itu, menelan senyawa ini dalam konsentrasi amat rendah dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan selera makan, sakit kepala, kelemahan, mual, dan pusing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya